Kembali ke perjalanan olahraga bersama si koening pagi itu, salah satu bentuk kegiatan yang kata orang-orang pinter di internet bisa meningkatkan hormon kebahagiaan (endorfin).
Sebenarnya buat saya tidak hanya itu, bersepeda seorang diri itu juga bisa menjadi ruang mencari inspirasi tulisan sambil merekam beragam aktivitas manusia dengan lebih seksama. Hal yang tentu jauh lebih sulit saya lakukan ketika saat mengendarai mobil atau motor.
Selepas jalan perkampungan Noble, saya bertemu beberapa pesepeda lain yang melaju cukup cepat dan mahir di atas sepedanya, melewati saya dan si koening. Beberapa di antaranya ada yang membunyikan lonceng semacam pertanda solidaritas sesama pegowes.
Beberapa saat ke depan atau tepatnya sebelum perempatan jalan Pemda Cibinong  dan jalan Keradenan, ada jembatan besi yang berdiri panjang dan kokoh untuk menghubungkan empat lajur jalan. Di bawahnya melintas cukup deras arus sungai Ciliwung menuju daerah hilir ke arah Jakarta. Warna air sungai pagi itu lebih kecoklatan dan keruh, pertanda arusnya lagi tinggi dari kondisi normal.
Buat saya, pemandangan alami dari atas jembatan ini selalu bisa menawarkan warna keheningan, bisa melihat deretan pepohonan hijau di pinggir sungai yang senantiasa menjadi penunggu setia arus sungai yang selalu meninggalkannya.
*****
Saat melintasi kawasan pemerintahan kabupaten Bogor, berbagai ragam aktivitas lain terlihat. Beberapa mobil parkir di bahu jalur lambat dan para penumpang umumnya memilih untuk berolahraga mengitari kawasan perkantoran pemerintahan pemda.
Beberapa meter ke depan selepas kawasan pemda, ada waduk dengan air yang tenang kebiruan. Terlihat banyak bapak-bapak sudah melemparkan senar pancing, mengadu peruntungan bisa menangkap ikan yang bersemayam di dalam waduk.
Kawasan pemda Cibinong beberapa bulan terakhir memang terlihat lebih bersih. Beberapa kendaraan satpol PP nampak rajin berjaga, agar tidak ada lagi pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan di pinggir jalan. Jalan empat lajur itu kini nampak lebih modern a la kota besar. Sayang beberapa badan jalan masih ada yang berlubang.
Setelah itu pengamatanku sejenak harus berhenti. Saya harus menyeberang jalan sambil menuntun si koening untuk menuju GOR Pekansari.
Setibanya di seberang jalan, mataku menangkap begitu banyak jajanan sarapan pagi yang tersuguh dan menggoda untuk dibeli. Ada bubur ayam, gudeg Jogja, ketoprak, lontong sayur dan beberapa menu lain. Prasarana pedagangnya pun variatif, ada yang menggunakan gerobak, ada yang buka warung lesehan dan tidak sedikit yang menggunakan mobil-mobil keluaran baru di kisaran harga Rp 200 jutaan.