Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyanyi Sunyi Si Murid Bisu

22 Desember 2018   06:30 Diperbarui: 22 Desember 2018   07:04 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Ceritakansaja.com

Menurut kodratnya anak - anak adalah makhluk yang aktif dan juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam teori kecerdasan majemuk kita juga meyakini bahwa setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya masing - masing, ada dalam hal kecerdasan musik, kinestetik, linguistik, spasial, interpesonal, intrapersonal, naturalis, dan logis matematis.

Berdasarkan teori kecerdasan majemuk tadi harusnya dapat menjadi rujukan bagi guru dalam membelajarkan muridnya. Dapat dipastikan jika guru memahami dan tahu implementasi teori kecerdasan majemuk ia akan memandang bahwa tidak ada satu pun  dari muridnya yang tidak memiliki bakat, karena pada hakikatnya semua manusia mempunyai kecerdasan pada bidangnya masing - masing.

Sudah sering kita melihat banyak kasus dimana guru yang menghambat bahkan dengan secara sengaja mengerangkeng bakat yang dimiliki muridnya. Ini adalah bukti bahwa kompetensi dan profesionalitas guru dalam membelajarkan murid masih di bawah standar. 

Alasan utama mengapa banyak guru yang kurang kompeten dalam membelajarkan murid adalah karena minim kreativitas dan monotonnya pembelajaran.

Maka tak heran jika bakat yang dimiliki murid menjadi bakat yang terpendam dan tak mampu untuk berkembang. Selain karena proses pembelajaran yang monoton, hal lain yang menyebabkannya juga karena masih ada saja guru yang berwatak militeristik dalam membelajarkan murid. 

Ya, titahnya harus selalu dituruti dan haram dibantah. Jelas ini membuat murid enggan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya dan lebih memilih bungkam.

Bahayanya jika murid sudah bungkam yaitu membuat mereka menjadi apatis. Murid yang terlalu sering menerima tindakan represif dari guru mula - mula akan bersikap antipati terhadap gurunya, kemudian kepada mata pelajaran yang diampunya, dan lama - lama ia akan tidak peduli terhadap segala hal yang dilakukannya di sekolah.

Murid - murid yang menjadi bisu dan apatis ini tidak dapat kita justifikasi adalah akibat kesalahan guru semata. Mengingat pendidikan adalah sistem, maka jelas peran orang tua, masyarakat dan negara juga mempunyai andil dalam permasalahan ini. 

Bisa jadi guru di sekolah sudah mengajar dengan maksimal namun ketika si murid pulang ke rumah ia mendapat perlakuan yang keras dan otoriter dari orang tuanya. Jelas ini akan membuat kondisi psikologis murid terganggu.

Kemudian masyarakat sebagai lingkungan tempat dimana si murid tinggal dan bersosialisasi melakukan tindakan represif macam pembulian atau persekusi, ini juga akan memberikan dampak yang membuat si murid menjadi pendiam karena ketakutannya. Negara juga secara tidak langsung memberikan dampak besar, dengan keluarnya aturan tentang penyeragaman kurikulum misalnya, otomatis membuat guru kesulitan untuk membuat desain pembelajaran yang kontekstual dengan pengalaman dan potensi muridnya. Lagi - lagi murid yang menjadi korbannya.

Murid yang pada akhirnya memilih bungkam, atau tepatnya dipaksa menjadi bisu adalah kesalahan sistem pendidikan yang tidak satu visi misi. Baik keluarga, sekolah, masyarakat dan negara tidak memiliki sinergitas yang solid sebagai struktur utama pendidikan. Terlihat jelas bahwa setiap stakeholder pendidikan itu mempunyai politik kepentingannya masing - masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun