Pada Jumat, 24 Januari 2025, suasana Desa Kalirejo, Kabupaten Malang, diwarnai dengan semangat persatuan dan kesatuan. Di balai desa setempat, mahasiswa KKM UIN Malang sukses menyelenggarakan sosialisasi moderasi beragama, sebuah inisiatif penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan toleran. Acara ini dihadiri oleh beragam kalangan, termasuk kepala desa beserta perangkatnya, tokoh-tokoh agama Islam dan Kristen yang dihormati di desa tersebut, serta perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling menghormati.
Kegiatan diawali dengan nuansa khidmat melalui lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, menyatukan seluruh peserta dalam rasa nasionalisme dan kebangsaan. Sambutan hangat dari ketua pelaksana KKM UIN Malang dan kepala Desa Kalirejo kemudian disampaikan, menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai pilar utama dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang damai dan sejahtera. Kedua sambutan tersebut secara khusus menyoroti tantangan dan peluang yang ada di Desa Kalirejo dalam konteks keberagaman agama, serta peran penting moderasi dalam mengatasi potensi konflik dan memperkuat persatuan.
Dua narasumber utama, Bapak Totok, tokoh agama Kristen yang dikenal bijaksana di Desa Kalirejo, dan Bapak Mashudi, tokoh agama Islam yang disegani karena kepemimpinannya yang moderat, memberikan pemaparan yang mendalam dan inspiratif. Bapak Totok, dengan pengalaman dan wawasannya yang luas, menjelaskan secara lugas bagaimana moderasi beragama menjadi kunci terciptanya kehidupan yang saling menghargai, bergotong royong, dan saling membantu, terlepas dari perbedaan keyakinan. Beliau menekankan pentingnya empati dan pemahaman terhadap perspektif yang berbeda sebagai dasar membangun hubungan yang harmonis.
Sementara itu, Bapak Mashudi, dengan gaya penyampaian yang santun dan mudah dipahami, menjelaskan pentingnya moderasi dalam praktik beragama sehari-hari. Beliau menekankan bahwa moderasi beragama bukanlah pengurangan atau pelemahan keyakinan, melainkan cara bijak dalam menjalankan ajaran agama dengan jalan tengah, menghindari sikap ekstrem dan berlebihan yang dapat memicu perpecahan dan konflik. Beliau memberikan contoh-contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari bagaimana prinsip moderasi dapat diterapkan, menguatkan pesan pentingnya menjaga sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan.
Sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif memberikan kesempatan kepada peserta untuk berinteraksi langsung dengan para narasumber, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman. Diskusi yang hangat dan penuh kekeluargaan ini menunjukkan antusiasme dan keinginan kuat masyarakat Desa Kalirejo untuk belajar dan mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan mereka.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipanjatkan sesuai dengan kepercayaan masing-masing peserta, mencerminkan keragaman agama yang ada di Desa Kalirejo sekaligus menunjukkan kesatuan dan kebersamaan dalam keberagaman. Sesi foto bersama seluruh peserta dan narasumber menjadi kenang-kenangan berharga, mengabadikan komitmen bersama untuk membangun kehidupan beragama yang harmonis dan toleran.
Sosialisasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang berkelanjutan dalam membangun kehidupan beragama yang harmonis dan toleran di Desa Kalirejo. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang moderasi beragama, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati perbedaan, dan bersama-sama membangun desa yang sejahtera dan penuh kedamaian. Keberhasilan acara ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengimplementasikan program serupa, membangun fondasi yang kokoh bagi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI