Batu kegagalan demi batu kegagalan, sekali waktu nanti terukir keberhasilan.
Pasti kita semua mengalami banyak hal dalam hidup kita, entah itu gagal dalam melakukan sesuatu, gagal di sekolah, gagal dalam lomba, gagal dalam karir, gagal dalam hal-hal lainnya. Semua ini pasti membuat kita berpikir bahwa usaha-usaha yang sudah kita lakukan merupakan hal yang sia-sia, kita hampir dan bahkan putus asa.Â
Sesaat ketika kita mencoba untuk bangkit dari kagagalan kita justru membuat kita takut dan ragu untuk  melangkah kembali, tapi pernah enggak kita berpikir sejenak dengan satu pertanyaan, mengapa kita takut pada kegagalan?
Bukankah keberhasilan itu datang dari kegagalan-kegagalan yang kita perbaiki hari demi hari? kalau memang begitu lantas kita tidak perlu takut.
Ketika seorang berlatih bermain bola selama 1 jam, belum membuat dia menjadi pemain bola hebat
Ketika seorang berlatih bahasa inggris selama 4 jam, belum membuat dia mahir dalam berbahasa inggris.
Ketika kita memulai satu langkah atau usaha yang terus menerus, memperbaiki hari demi hari kita akan menemui ada masa ketika kita berpikir bahwa apa yang kita usahakan hanyalah kesia-sian, tapi benarkah begitu? Â
Yang potensial menjadi aktual, jika kondisi-kondisi mengijinkannya. usaha-usaha yang kita lakukan bukanlah sia-sia tapi terus terkumpul/terakumulasi dan ketika kita terus bergerak memperbaikinya, ketika momentumnya tiba, maka akan memberikan hasil yang luar biasa. Batu kegagalan demi batu kegagalan, sekali waktu akan terukir keberhasil. Keberhasilan tidak datang dengan garis lurus.
Apakah kita bisa mengubah dunia dalam semalam? itu mustahil , bukankah hal-hal hebat didunia ini datang dari usaha-usaha tanpa henti hingga menghasilkan hal yang luar biasa?
Kita ambil contoh, ketika kita memukul batu dengan palu, kita melakukannya dari percobaan 1 kali sampai 100 kali, dan dipercobaan ke 100 itulah baru batu itu pecah, apakah karena pukulan ke 100 itu batu itu pecah? Batu itu pecah karena hasil dari akumulasi percobaan kita yang terus menerus dari percobaan pertama hingga terakhir, itulah dengan penambahan terus-menerus kuantitatif menghasilkan lompatan kualitatif.