Mohon tunggu...
Pencari Ilmu
Pencari Ilmu Mohon Tunggu... wiraswasta -

I love Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Standing Applause

24 November 2013   15:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:44 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Gaya mengajar yang tidak monoton, tanpa tekanan, dan sesuai dengan gaya belajar siswa memang sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Kalau dulu kita mengenal CBSA (cara belajar siswa aktif), tapi kenyataannya, siswa hanya duduk diam mendengarkan dan mencatat. Jika siswa terdengar mengobrol, maka akan ada kapur yang melayang atau buku yang dilemparkan oleh sang guru. Dengan suasana seperti itu, siapa pun tidak akan merasa semangat untuk belajar. Kalau pun ada, mungkin karena terpaksa.

Beberapa tahun kemudian, mulai banyak sistem baru bermunculan. Banyak sekolah-sekolah yang menawarkan sistem active learning dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan, tapi juga diajak untuk terjun langsung ke lapangan. Jika ingin belajar tentang tumbuhan, siswa langsung diajak ke halaman sekolahnya yang penuh dengan tumbuhan. Jika ingin belajar berkebun, mereka langsung diajak berkebun di sekolahnya. Intinya siswa diajak aktif dalam mempelajari sesuatu, aktif bertanya dan juga aktif mengamati.

Keberhasilan proses pembelajaran di kelas tergantung pada beberapa hal, antara lain, cara mengajar guru, materi yang diajarkan, dan juga siswa. Jika keempat faktor itu sudah terjalin secara maksimal, maka hasilnya pun akan maksimal. Tidak hanya rasa puas dan senang yang dirasakan oleh guru, bahwa materi ajarnya dapat diterima oleh siswa. Tapi juga, siswa akan merasa senang karena bisa menerim suau materi baru dengan hati senang.

Bagi siswa SMA yang mungkin hidupnya sudah penuh masalah, masalah dengan orangtua, tentang proses mencari jati diri, tentang mencari tambatan hati atau tentang rencana ke depan, sedikit banyak temtu akan berpengaruh terhadap kefokusan dirinya ketika menerima pelajaran di sekolah. Jika pelajaran di sekolah membuat mereka tambah pusing, penat, dan kesal, siswa akan santainya berkata, "sebodo ah, di rumah udah pusing, tambah beginian lagi....." Tentu saja guru sebagai pihak yang lebih dewasa tidak bisa menyalahkan siswa atas pikirannya itu. Apa yang bisa guru lakukan? Memberikan materi dengan cara yang menyenangkan! Hal ini sangat mungkin bisa mengubah minat siswa. Guru tidak perlu memikirkan, apa materi akan diterima oleh siswa, apa siswa akan paham dengan apa yang akan diajarkan. Yang dipikirkan adalah bagaimana caranya agar proses belajar dapat membuat hati mereka senang? Karena hati yang senang merupakan salah satu indikator paling kuat yang dapat membuat materi menjadi gampang dicerna.

Mengajar siswa keluar kelas, menikmati angin yangbertiup, atau merasakan bau tanah sehabis hujan, tentu akan menyenangkan sekali. Setelah mengajak mereka keluar kelas, lalu guru mulai mengumpulkan siswa di sebuah tempat, bisa di bawah pohon atau tempat sejuk lainnya. Dan mulailah memberikan sebuah materi atau tugas.

Cara mengajar seperti itu merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru. Sangat perlu diyakini bahwa kelas bukanlah ruang kotak yang bisa membatasi gerak siswa dan guru. Pembelajaran bisa dilakukan dimana saja. Jika materi ajar sudah disampaikan serta kepuasan siswa dan guru sudah didapat, jangan segan-segan untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri dan siswa. Standing applause merupakan salah satunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun