Mohon tunggu...
Rahmah Hayati
Rahmah Hayati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

simple people :D mahasiswi ilmu komunikasi uin sunan kalijaga yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Pandang Sebelah Mata Kaum Waria

9 Desember 2014   04:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:44 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waria merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, namun hal tersebut berbeda dengan realitas yang dihadapi saat ini karena jumlah waria semakin bertambah banyak. Data banyaknya waria di Yogyakarta sendiri mencapai 400-an orang (penuturan mami Vinolia Wakijo direktur LSM Kebaya). Berdasarkan data yang dikemukakanoleh ketua ikatan waria yogyakarta bahwa 20% waria kini memiliki pekerjaan yang positif. Hal yang paling mencenggangkan adalah ketika waria di Yogyakarta mendirikan pesantren waria senin-kamis. Wanita pria atau yang biasa kita sebut waria merupakan realitas sosial yang tidak dapat dihindari. Pada awalnya waria merupakan penjaja seks yang biasa mangkal di tempat- tempat tertentu. Waria Yogyakarta misalnya yang biasa mangkal di sekitaran stasiun tugu dan malioboro. Namun lambat laun waria tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.

Para waria tersebut kini memiliki sejumlah pekerjaan yang tidak bisa lagi untuk direndahkan seperti penjaja seks.waria yang sering kita temui sekarang ini justru memiliki berbagai pekerjaan yang bermanfaat misalnya pemilik salon kecantikan, menjadi peternak, membuka usaha warung makan sampai outlet pakaian, aktivis sosial serta public figure. Dengan munculnya sosok waria sebagai public figure menandakan ke-eksistensian waria itu sendiri. Walaupunterkadang kita juga menemui waria yang mengamen di sekitar Malioboro dan kawasan nol kilometer Yogyakarta. Munculnya waria yang menjadi aktivis sosial menandakan semakin berkembangnya pemikiran waria akhirnya mendorong mereka untuk memiliki pekerjaan atau mata pencaharian yang layak.

Berdasarkan kesadaran tersebut waria Yogyakarta misalnya mendirikan berbagai organisasi diantaranya iwayo, kebaya, Ebenezer serta LSM-LSM lainnya yang menaungi para waria yang berada di derah Yogyakarta khususnya. Berbagai macam organisasi tersebut menempa waria untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi. Mereka dibekali berbagai keahlian dan ketrampilan. Berkat pembekalan dari berbagai organisasi serta LSM tersebut kini waria tidak dapat lagi dipandang sebagai sampah masyarakat yang bahkan terkadang sebagian orang merasa jijik untuk melihatnya. Waria (wanita-pria) merupakan laki-laki yang dalam kesehariannya lebih suka berperan sebagai wanita. Istilah yang biasa kita gunakan untuk menggambarkan waria adalah bencong atau banci. Akan tetapi istilah tersebut cnderung memiliki konotasi negative bagi waria sendiri. Perilaku tersebut sejatinya tidak dibuat-buat oleh para waria. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk merubah baik perilaku maupun keadaan fisiknya. Kecenderungan mereka untuk mengubah perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, psikologis atau kejiwaan dan juga karena pengaruh lingkungan. Bahkan kenyataan yang dihadapi terutama pada kota-kota besar misalnya Yogyakarta sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Sulitnya mendapat pekerjaan yang layak memaksa sebagian kaum laki-laki mengubah penampilannya menjadi wanita agar mudah mendapatkan pekerjaan yang pada akhir justru membuatnya nyaman. Para waria yang tergabung dalam berbagai LSM maupun organisasi memiliki banyak kegiatan positif dibandingkan yang tidak. Mereka memiliki agenda kegiatan yang biasa dilakukan misalnya perlombaan volley dan sepak bola yang dapat dijadikan sarana hiburan oleh masyarakat maupun waria itu sendiri. Dalam organisasinya waria ditempa menjadi sosok yang siap unuk bersosialisasi dengan masyaarakat . Banyak pula waria yang berprofesi sebagai penulis buku. Bahkan karya-karya para waria telah banyak diterbitkan. Pada hakikatnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya waria pun memiliki jiwa sosial yang tinggi. Masyarakat tentu harus bisa menyadari hal tersebut sehingga dapat menghapus sikap diskriminatif yang terlanjur melekat pada masyarakat. Kita tidak dapat memungkiri bahwa tetap saja ada waria yang bekerja sebagai penjaja seks maupun pemilik prostitusi. Untuk itu organisasi-organisasi yang menaungi waria senantiasa memberikan penyuluhan dan konseling terhadap waria akan bahaya penyakit HIV dan AIDS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun