Mohon tunggu...
rahmad nasir
rahmad nasir Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Seorang aktivis mahasiswa Cipayung. Tinggal di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Anak Jauh Sebelum Anak Dilahirkan

30 Agustus 2016   23:00 Diperbarui: 31 Agustus 2016   00:16 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seringkali orang tua yang bergelar akademik master, profesor dan doktor dan berpangkat serta memiliki jabatan penting di pemerintahan maupun perusahaan tertentu belum tentu mampu mendidik anak dengan baik untuk kepentingan masa depan anaknya. Hal ini dikarenakan faktor kesibukan dan tak punya waktu untuk bersenda gurau dengan anak, menasehati anak dan memberi tauladan secara langsung kepada anaknya. Anaknya lalu diserahkan kepada neneknya atau pembantu di rumah sehingga ikatan emosional kasih sayang antara pembantu atau neneknya lebih dekat ketimbang orang tuanya. 

Pekerjaan yang menumpuk membuat orang tua harus pagi-pagi berangkat kerja dan pulang dalam kondisi lelah sementara anaknya sudah tertidur pulas. Apa yang dibutuhkan anak? Tidak selamanya yang dibutuhkan adalah uang dan segala barang permainan mewah lainnya namun lebih dari itu adalah kebutuhan akan waktu bersama ayah ibunya, kebutuhan makan bersama di satu meja keluarga, kebutuhan dipeluk dan dicium orang tuanya, kebutuhan dibelai kepalanya, serta kebutuhan tertawa bersama dalam satu waktu yang diberi nama “waktu emas”.

Ajaran agama mengajarkan kepada manusia untuk mencari nafkah secara halal, halal yang dimaksudkan adalah halal dalam zatnya dan halal pula dalam cara memperolehnya. Mengapa demikian?, hal ini dikarenakan makanan yang diperoleh secara haram dan/atau haram dalam zatnya akan menjadi darah daging dan berpengaruh pada kesehatan dan mentalitas anak. Jika sejak kecil anak sudah diberikan makanan dengan zat dan cara memperoleh demikian, maka ia akan tumbuh dengan perilaku yang sama yakni memperoleh segala sesuatu yang diinginkan/dibutuhkan dengan cara-cara yang haram pula. 

Inilah yang mengharuskan orang tua dalam pekerjaannya untuk tidak mengambil harta/barang yang bukan miliknya, namun hanya mengambil yang memang haknya. Pemberitaan media akhir-akhir ini dipenuhi oleh banyaknya pejabat negara hingga daerah-daerah yang terjerat kasus korupsi sehingga bisa dibayangkan berapa banyak makanan haram yang masuk ke dalam lambung anaknya, seberapa malu anaknya melihat orang tuanya terjerat kasus korupsi dan ini berdampak pada kondisi psikis anaknya karena dalam pergaulan dengan teman-temannya ia akan dijuluki sebagai anak sang koruptor.

Deskripsi di atas memberikan kejelasan bahwa betapa kesehatan dan akhlak moralitas anak sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan didikan orang tuanya. Hal ini karena rumah dan keluarga adalah sekolah pertama bagi anak dan berperan penting dalam pendidikan anaknya. Dari tiga segmentasi wilayah pendidikan seperti sekolah, masyarakat dan keluarga harus saling mendukung satu sama lain. 

Orang tua tidak hanya bisa mempercayakan secara mutlak pendidikan anaknya kepada sekolah formal tempat ia belajar, namun lebih dari itu orang tua juga harus menjaga pergaualan anaknya di lingkungan masyarakat. Dengan siapa saja ia bergaul sehari-hari? Kemana saja ia pergi sehari-hari? Apa kebiasaan/aktivitas sehari-hari bersama teman-temannya? Seberapa besar animonya untuk berkecimpung dalam organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya?

Semuanya itu harus dipantau dengan baik dan diarahkan jika keluar dari jalur yang diharapkan. Selain sekolah dan masyarakat, pendidikan anak di dalam keluarga/rumah juga sangat penting. Hal ini karena pembentukan karakter terjadi di sini. Nilai-nilai karakter diajarkan di sini seperti kejujuran, kerja keras/ulet, kerja sama, keadilan, kesederhanaan, kesetiaan dan sebagainya. Semua diajarkan dengan hal-hal yang sangat sederhana.

Contoh yang paling kongkrit dalam mengajarkan nilai-nilai dalam keluarga diantaranya adalah selalu makan bersama dengan orang tua dalam satu meja makan, bangun pagi, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dengan kerelaan, tidak mencuri uang milik orang tua, saling membantu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, pakaian, menyapu halaman, memasak, berdoa bersama dan sebagainya. Jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus dan menjadi pembiasaan maka akan tumbuh menjadi karakter profil seorang anak yang diharapkan cemerlang masa depannya.

Manusia selalu dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang berhubungan dengan tempat atau lingkungan sehingga faktor lingkungan berperan penting dalam pendidikan anak. Orang tua harus cerdas memilah-milah antara waktu dan ruang ini, pada waktu yang bagaimana anak tepat berada di mana. Dalam hubungannya dengan lingkungan, saat masa kanak-kanak dimana TK/PAUD yang cocok untuk pendidikannya, demikian halnya juga dari SD hingga SMA harus diindentifikasi minat dan bakat anak ke arah mana dan harus disesuaikan dengan jenis sekolah yang akan mengembangkan minat dan bakat tersebut. 

Seringkali didapati orang tua memaksakan anaknya untuk bisa sama persis dengan keahlian dan profesi orang tua saat dewasa nanti. Padahal ini hanya akan menyiksa dirinya karena anak tidak menikmati pilihan disiplin ilmu yang ia sukai. Jika menghendaki anak meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi, maka harus dipertimbangkan kemampuan, minat dan bakat anak, selain itu juga apakah ia harus merantau jauh dari orang tua ataukah mengenyam pendidikan di tempat dimana orang tuanya tinggal. Keputusan ini berkaitan dengan kota tujuan, kampus, jurusan, serta kesehatan anak jika jauh dari orang tua.

Akhirnya, jika semua itu sudah dilalui dengan baik. Orang tua harus selalu menyelipkan doa-doa terbaik kepada Tuhan di sela-sela kegiatan mendidik anak sambil bersyukur karena Tuhan telah menitipkan anak tersebut kepadanya. Doa agar anaknya selalu sehat dan tumbuh secara normal serta kelak menjadi anak yang dibanggakan dengan memiliki integritas yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun