FGD ini menjadi pijakan awal bagi Pagelaran untuk melangkah lebih jauh. Dengan gotong royong, Pagelaran tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membuka diri pada inovasi dan peluang eduwisata.
Keberhasilan program ini juga sangat ditentukan oleh kesinambungan. Tidak cukup hanya dengan sekali pertemuan, melainkan memerlukan tindak lanjut yang konsisten. Mahasiswa sebagai mitra strategis bisa menjadi penghubung antara masyarakat desa dengan dunia akademik, teknologi, dan jejaring yang lebih luas. Sementara itu, warga Pagelaran diharapkan menjadi motor penggerak utama, sehingga program tidak berhenti ketika mahasiswa selesai menjalankan pengabdiannya.
Dengan adanya festival, inovasi produk gerabah, dan promosi digital, Pagelaran dapat memperluas jangkauan wisatawan, memperkuat identitas budaya, serta menciptakan peluang ekonomi baru. Kegiatan seni dan budaya yang terselenggara bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi bentuk pendidikan kultural yang menanamkan rasa bangga pada generasi muda.
Masa depan Pagelaran kini berada di tangan masyarakatnya sendiri. Dengan komitmen, kerja keras, dan keterbukaan terhadap kolaborasi, desa ini bukan hanya akan dikenal karena potensi seni dan gerabahnya, tetapi juga karena kemampuannya menata diri menjadi destinasi eduwisata yang ramah, inklusif, dan berkelanjutan. Seperti pepatah Jawa mengatakan, "Urip iku urup" hidup itu menyala. Begitu pula Pagelaran, yang perlahan mulai menyalakan api harapan, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI