Kalau ada penumpang perempuan yang harus duduk paling pinggir, biasanya suka ada laki-laki yang mengalah dan bergantian tempat duduk (jika memungkinkan).
Saya juga punya cerita lainnya di angkot. Pernah suatu hari saya pergi sekolah, tapi lupa membawa uang. Saya merasa cemas dan panik karena tidak punya uang buat membayar ongkos. Semua resleting tas dibuka dan tangan saya  meraba-raba bagian dalam tas, siapa tahu ada uang nyelip, tapi tidak ada.
Saya lalu melihat ke sekeliling, siapa tahu ada penumpang yang saya kenal. Tapi tidak ada.
Jantung saya berdegup kencang dan keringat dingin mulai keluar. Terbayang saat turun nanti, sopir angkot bakalan berteriak dan memarahi saya. Pasti malu sekali.
Akhirnya saya pasrah. Mau bagaimana lagi. Turun di tengah jalan pun tetap harus bayar. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan hati tidak tenang.
Ketika sudah sampai di sekolah, saya turun dan menghampiri sopir sambil berucap, "Pak, punten saya lupa bawa uang."
Sopir tersebut tidak berucap apa-apa. Dengan wajah datar, dia tancap gas lagi dan pergi.
Apa yang mau saya harapkan? Sopir tersebut tetap bersikap ramah? Sedangkan dia juga harus mengejar setoran. Ongkos dari setiap penumpang adalah berharga.
Segitu juga saya sudah bersyukur karena dia tidak menghardik saya di depan orang banyak. Saya berdoa semoga kebaikan sopir tersebut mendapat ganti yang lebih baik.
Kemudian, ada cerita tentang kebaikan di angkot, tapi disalahartikan.
Ketika itu sedang bulan Ramadhan. Saya baru pulang sore hari sehabis les bimbel.