Mohon tunggu...
Rahma Rindhang Almira
Rahma Rindhang Almira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan IPS Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengintip Perjalanan KKL Mahasiswa UM Prodi Pendidikan IPS

17 Mei 2024   18:20 Diperbarui: 17 Mei 2024   18:23 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan Pak Sudarsono (Dok. Pribadi)

Mengenal Desa Banjir Dan Berlibur Sambil Membangun masa Depan Bumi Lewat Konservasi

Pada hari Rabu, tanggal 1 Mei 2024 Mahasiswa Pendidikan IPS Universitas Negeri Malang angkatan 2023 melaksanakan kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang dan juga kunjungan Wisata Ekologi CMC (Clungup Mangrove Conversation).  Kegiatan ini tentunya diikuti oleh dosen pendamping yaitu Agung Suprianto, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah Geografi Manusia.

Tempat pertama yang kami kunjungi dalam kegiatan KKL kali ini  adalah Dusun Rowotrate.  Dusun yang seringkali diterpa oleh bencana banjir setiap tahunnya.

"Iya, banjir karena hujan. Hujan deras, posisi laut pasang, jadi kan benturan. Benturan ngalirnya air larinya ke kampung. Kalau musim surut ya cepat surut gitu, dek. Pernah satu bulan empat kali banjir juga." ungkap Pak Sudarsono.

Bahkan banjir  yang terjadi di Dusun tersebut dapat terjadi sebanyak 4 kali dalam sebulan. Diperkirakan juga, luapan air banjir di Dusun ini, dapat mencapai 2-3 meter, sehingga hanya menyisakan atap rumahnya saja. Hal ini disebabkan karena curah  hujan yang sangat  tinggi.   Bangunan rumah yang terdapat di daerah ini, sengaja dibangun lebih tinggi. Biasanya bangunan rumah tersebut memiliki 2 lantai yang fungsinya untuk menyimpan barang dan dokumen berharga, agar tidak hanyut oleh banjir. Warga yang tidak memiliki lantai 2, di rumahnya juga terdapat tempat untuk menyimpan barang dan evakuasi diri, yaitu plenggrongan.


Warga sekitar juga sudah memiliki antisipasi yang sangat tinggi untuk menyelematkan diri dari bancana tersebut. Para warga sekitar memiliki alat komunikasi berupa EWS (Early Warning Score) untuk memberikan informasi siaga bencana.   Bahkan banyak relawan- relawan dari  berbagi universitas  yang turun untuk membantu menyelamatkan warga. Namun jika banjir tersebut terjadi di malam hari, maka warga terpaksa untuk menyelamtkan diri dengan cara naik ke atap rumahnya.

Bekas banjir pada tembok rumah warga Dusun Rowotrate (dok. Pribadi)
Bekas banjir pada tembok rumah warga Dusun Rowotrate (dok. Pribadi)

"Waktu rumah banyak yang tenggelam, ada Ibu yang terpaksa harus naik ke atas genteng rumahnya untuk mengevakuasi diri." jelas pak Andre, salah satu warga Dusun Rowotrate.

Adapun kerugian yang dialami oleh warga setempat akibat bencana tersebut.  Salah satunya seperti gagal panen yang merupakan mata pencaharian utama warga setempat. Terdapat alasan yang menyelimuti hati warga kenapa tetap ingin tinggal di dusun tersebut. Alasannya berbagai macam, ada yang sudah betah dengan dusun tersebut sehingga jika berpindah akan kerepotan, namun ada juga yang merasa bahwa dusun tersebut sudah menjadi tanah kelahiran mereka.

Ekowisata CMC Tiga Warna (Dok. Pribadi)
Ekowisata CMC Tiga Warna (Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun