Mohon tunggu...
Siti Rahmah makiyyah
Siti Rahmah makiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi menggambar dan berkreasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Resume artikel bapak Study Rizal LK,MA. Yang berjudul "Belajar dari Nepal: Demokrasi yang Berdarah"

23 September 2025   20:40 Diperbarui: 23 September 2025   20:38 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

artikel yang dituliskan pak study tentang demokrasi yang terjadi di Nepal dapat menjadi cermin pait tentang bagaimana demokrasi bisa berubah menjadi luka ketika negara gagal mendengar. Awal mula demo itu bisa terjadi  di picu oleh larangan pemerintah terhadap sejumlah platform media sosial, Bagi rakyat Nepal, larangan itu bukan sekadar pembatasan akses digital, melainkan simbol dari kecenderungan negara yang kian membatasi ruang kebebasan. larangan media sosial pun bukan akar masalah dari demo itu terjadi, menumpuknya kekecewaan rakyat terhadap korupsi, nepotisme yang menutup kesempatan, dan jurang ketidakadilan yang semakin lebar menjadi akar masalah tersebut. Mengapa pula rakyat sampai sebegitu marah setelah pemerintah melarang media sosial, karna media sosial itu digunakan ruang publik rakyat untuk mengekspresikan kegelisahan, ketika ruang itu di tutup, maka bisa diartikan kalau pemerintah menutup satu-satu nya jalan dimana suara rakyat dapat didengar. Namun sangat disayangkan aksi protes rakyat justru dibalas dengan kekerasan oleh negara, gas airr mata, peluru karet, dan senjata api tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga merusak legitimasi demokrasi. Keputusan akhir pemerintah Nepal untuk mencabut larangan media sosial tidak mampu menghapus trauma layaknya obat yang diberikan setelah luka sudah menjelma menjadi parut dalam ingatan kolektif. Tragedi ini memperlihatkan betapa rapuhnya demokrasi jika hanya dipahami sebatas prosedur elektoral tanpa membangun budaya komunikasi yang terbuka. Belajar dari Nepal, kita diajak untuk melihat bahwa suara rakyat adalah fondasi negara. Mengabaikannya sama dengan meruntuhkan dasar legitimasi sendiri. Tragedi ini dapat dijadikan pelajaran untuk negara-negara lain, bahwa suara rakyat menentukan bagaimana kepemerintahan itu sendiri berjalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun