Tradisi jambar dalam pesta adat Batak Toba merupakan bagian penting dari warisan budaya yang memiliki makna mendalam dan peran besar dalam kehidupan sosial masyarakat Batak. Jambar sendiri adalah hak atau bagian yang diterima oleh anggota keluarga dan komunitas dari hewan sembelihan seperti babi, kerbau, atau sapi dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, kematian, dan syukuran. Pembagian jambar ini didasarkan pada sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu yang melibatkan tiga pihak utama, yaitu hula-hula (keluarga pihak ibu), boru (keluarga pihak perempuan), dan dongan tubu (keluarga sedarah). Ada tiga jenis jambar yang utama, yaitu jambar juhut yang berupa bagian daging hewan sembelihan, jambar hata yang merupakan hak untuk berbicara dalam musyawarah adat, dan jambar ulaon yang berkaitan dengan hak mendapatkan tugas atau peran selama pesta berlangsung. Proses pembagian jambar biasanya dimulai dengan musyawarah para ketua adat untuk menentukan pembagian jambar ulaon, kemudian dilanjutkan dengan pembagian jambar juhut dan jambar hata secara terbuka saat acara berlangsung. Setiap bagian jambar memiliki makna filosofis yang mencerminkan status, peran, dan tanggung jawab penerimanya dalam struktur kekerabatan Batak. Tradisi jambar ini bukan hanya sekadar pembagian materi, tetapi juga menjadi simbol penghormatan, pengakuan hak, dan penguatan solidaritas sosial antar anggota komunitas. Melalui jambar, nilai-nilai luhur seperti gotong royong, penghormatan kepada leluhur, dan penguatan ikatan kekeluargaan terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga jambar menjadi salah satu pilar utama dalam pelestarian budaya Batak Toba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI