Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tersengat Kecantikan Suku Baduy di Tengah Kota Jakarta

2 Mei 2016   08:59 Diperbarui: 2 Mei 2016   09:10 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pameran Kebudayaan Baduy di Bentara Budaya Jakarta (foto: Rahayu)

Ada sebuah perubahan yang terjadi di Baduy, demikianlah yang dirasakan oleh Bapak Cecep Permana seorang dosen Arkeologi Universitas Indonesia yang sangat akrab dengan kehidupan Baduy. Pada tahun 1994 saat penulisan thesis, Pak Cecep Permana kerap berkunjung dan menginap di Baduy. Ketika itu, Pak Cecep masih sering mendengar bunyi lisung di pagi-pagi buta. Suara yang menandakan kesibukan para wanita Baduy sedang menumbuk padi sebagai proses pengolahan untuk menjadi beras sebelum dimasak.

Sayangnya sejak tahun 2000, bunyi hentakan lisung yang berasal dari saung tempat menumbuk padi sudah tidak berbunyi lagi. Ada apa gerangan? Ke manakah suara merdu yang menghiasi perkampungan Baduy sebelum matahari menunjukkan keelokan rupanya?

Dulu perkampungan Baduy hanya sekitar 46, kini bertambah menjadi 64 kampung. Penduduk terus bertambah namun tidak demikian dengan luas wilayah adat masih tetap tidak berubah sekitar 5000an hektar.

Akibatnya, lahan pertanian dan ladang menjadi berkurang drastis karena dipakai untuk tempat tinggal. Dulunya hasil beras yang berlimpah karena ladang yang luas disimpan di Leuit (tempat penyimpanan padi) kini beras hanya disimpan di karung harena hasilnya hanya sedikit. Karung disimpan di rumah sehingga bangunan leuit yang berbentuk mirip rumah Baduy banyak yang tidak terpakai lagi. Hasil panen padi yang ditanam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

baduy-2-13082492-10208372254159711-6579270721523828424-n-5726b311927a61b5048b457a.jpg
baduy-2-13082492-10208372254159711-6579270721523828424-n-5726b311927a61b5048b457a.jpg
Lisung dan perlengkapan tradisional Baduy (foto: Rahayu)

baduy-3-13151837-10208372256119760-3400474718595083247-n-5726b3891693734f05b36204.jpg
baduy-3-13151837-10208372256119760-3400474718595083247-n-5726b3891693734f05b36204.jpg
Perlengkapan sehari-hari berbahan utama bambu (foto: Rahayu)

Kini beras terpaksa dibeli di luar Baduy dan bentuknya pun bukan padi lagi namun sudah dalam bentuk beras yang siap dimasak. Inilah sebabnya mengapa tidak ada lagi bunyi lisung yang berasal dari suara perempuan Baduy yang sedang menumbuk padi. Hasil panen padi dari ladang hanya cukup dipakai untuk acara adat Baduy contohnya ngahuma (ritual mengawinkan). Ada sebuah peraturan di Baduy kalau beras yang hendak dipergunakan untuk acara adat, tidak boleh berasal dari luar kampung adat Baduy, haruslah hasil panen di ladang Baduy.

Pada saat menghadiri acara di Bentara Budaya pada Jumat 8 April 2016 dalam acara bertajuk “Baduy Kembali” hadir tiga orang pembicara selain Pak Cecep Permana, ada Pak Imam Prasojo seorang sosiolog, dan Kang Sarpin seorang pria suku Baduy Luar. Adalah Pak Pepih Nugraha wartawan harian Kompas sekaligus pendiri Kompasiana yang berperan sebagai moderator dalam acara yang memamerkan berbagai pernak-pernik Baduy di Bentaran Budaya Jakarta.

Acara ini diharapkan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap suku Baduy dan mendorong pelestarian budaya Baduy sehingga tetap lestari di tengah gempuran arus modernisasi.

Pak Cecep dan semuanya pasti merindukan kembalinya salah satu keceriaan bunyi di pagi hari yang berasal dari saung lisung. Namun, permasalahan lahan ladang tidak dapat dihindari. Kini, Baduy masih berladang namun hasil padinya hanyalah bisa diharapkan untuk acara adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun