Mohon tunggu...
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M Mohon Tunggu... Penulis buku & Wirausaha -

1. Do your best and God will do the rest (Lakukan yang terbaik apa yang menjadi bagianmu dan biarkan Tuhan menentukan hasilnya) 2. Penulis lahir di Kabanjahe Sumatera Utara pada tanggal 15 Juni 1983. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Pasca Sarjana Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis buku “Sakitnya Membuka Usaha Penitipan Anak” dan “Lepas dari Krisis Asisten Rumah Tangga”. Sejak Tahun 2013 hingga kini mengelola usaha day care (penitipan anak) “Happy Day Care”. Sering menulis artikel mengenai keluarga, pernikahan, perempuan, dan anak-anak. 3. Kini mengelola usaha Daycare dan Homeschooling DeanMores di Jatibening Bekasi 4. Percaya bahwa keluarga adalah kekuatan suatu bangsa. Keluarga yang teguh akan membangun bangsa yang kokoh. 5. Best in Specific Interest Kompasianival 2016 6. Tulisan lainnya bisa dibuka di www.rahayudamanik.com, www.rahayudamanik-inlove.com, dan www.rahayudamanik-children.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rapikan Rumah Sebelum Suami Pulang, Pentingkah?

25 Oktober 2016   11:09 Diperbarui: 25 Oktober 2016   17:09 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah yang rapi dan bersih akan terasa nyaman dan membuat tenang seluruh anggota keluarga (foto: Wvedesign.com)

Saya membaca beberapa referensi yang mengatakan kalau salah satu dari lima kebutuhan utama suami adalah rumah yang bersih dan rapi. Benarkah demikian? Istri mungkin kesal dan menilai suami itu seorang yang egois bila sepulang kerja suami mengomel melihat kamar mandi kotor, rumah berantakan, dan tidak bersih. Apalagi bila keadaannya tidak memiliki asisten rumah tangga dan anak pun masih kecil-kecil. Istri sekalipun tidak bekerja pasti sudah kerepotan mengurus anak-anak kecil yang butuh perhatian apalagi ditambah dengan bersih-bersih rumah.

Demikian juga dengan istri yang bekerja di luar. Sepulang bekerja mungkin sudah penat sehingga sudah tidak memungkinkan lagi untuk membersihkan dan merapikan rumah. Beberapa teman berkomentar di Facebook saya mengenai seberapa penting kebersihan rumah bagi seorang suami. Sanny Frisca Koerniawan berpendapat kalau suaminya tidak terlalu memusingkan kerapian rumah berbeda dengan papanya Sanny yang memang tidak suka melihat rumah yang berantakan.

Jemima Tanjung Amkeb juga berpendapat kalau suaminya juga tidak terlalu memusingkan kerapian. Sangat berbeda dengan sang papa mertua yang tidak menyukai rumah kotor dan berantakan. Demikian juga dengan Kordion Tambunan menilai kalau suaminya yang terpenting jangan sampai ada pakaian yang tergeletak di kursi tamu sebab malu bila tiba-tiba ada tamu yang berkunjung.

Mbak Rini Hapsari memberikan pendapat yang berbeda. Ibu dari satu orang putri ini berpendapat kalau rumah yang bersih, rapi, dan tertata akan membuat suami betah dan malas keluar rumah karena terasa homey banget. Tidak jauh berbeda dengan Betty Riyadi yang juga memiliki suami penyuka rumah bersih dan rapi. Sekalipun Betty Riyadi juga perempuan yang bekerja di luar rumah namun bila sandal di rumah berantakan bisa-bisa dikomplain suami. Sang suami berpesan kepada Betty Riyadi kalau pekerjaan di kantor sudah membuat sangat mumet namun jika pulang kantor melihat rumah yang rapi, bersih, anak-anak sudah mandi (wangi) maka rasa penat pun bisa hilang.

Pun demikian dengan pendapat ibu Febe Veronica yang memiliki suami sangat peduli kepada kebersihan dan kerapian rumah. Terkadang ibu Febe Veronica yang berprofesi sebagai guru SMA ini sudah bersih-bersih namun sang suami tetap akan berbenah rumah lagi sepulang kantor. Apa yang disampaikan teman-teman tersebut tampaknya sama dengan yang dikatakan oleh dua orang suami bernama Angga May dan kaha Rolandi H Situmorang. Kedua pria ini menuliskan kalau tempat yang paling nyaman untuk melepas lelah adalah rumah dan rasa pusing di kantor akan reda bila melihat rumah yang bersih dan rapi.

Melihat apa yang diungkapkan oleh teman-teman, saya pun mengambil kesimpulan kalau pada dasarnya banyak suami yang mengharapkan rumahnya bisa bersih dan rapi namun terkadang ada juga suami yang tidak terlalu memusingkan hal demikian. Pun tidak menutup kemungkinan kalau suami yang di awal menikah sangat menuntut kebersihan dan kerapian namun menjadi tidak terlalu memedulikan lagi setelah memiliki tiga orang anak kecil. Demikianlah seperti yang dialami Adek Setiyani. Apalagi sehari-hari ibu muda ini tidak dibantu oleh seorang asisten rumah tangga pun. Suami Adek Setiyani berpendapat kalau yang terpenting adalah rumah itu bersih dan aman untuk anak-anak. Leonni Novena berpendapat sama dengan Adek Setiyani kalau rumah tidak apa-apa bila berantakan karena memiliki anak kecil yang tidak bisa diam. Terpenting jangan kotor.

Pada dasarnya baik istri ataupun suami menginginkan rumah yang bersih dan rapi. Sekalipun istri bekerja di luar rumah seperti kasus ibu Febe Veronica dan Betty Riyadi ternyata para suami tetap saja mengharapkan kebersihan dan kerapian rumah. Sekalipun mengharapkan kebersihan dan kerapian, seorang kepala keluarga yang pengertian tentu tidak menuntut terlalu berlebihan dan membebani istrinya. Diperlukan saling memahami, menghargai, dan bekerjasama antara suami istri sehingga keharmonisan bisa terjaga.

Meskipun suami tidak menuntut mengenai kebersihan rumah namun kenyataannya rumah yang bersih dan rapi memang akan menyejukkan mata dan hati siapa saja; baik itu suami, istri, dan anak-anak. Rumah yang demikian akan dirindukan dan membuat semua penghuni nyaman. Bila teman istri kebetulan berkunjung, rekan suami, atau bahkan teman anak tentu lebih senang bila menyaksikan rumah yang terlihat rapi dan bersih.

Ketika masih anak-anak tentu saya belum terlalu mengerti masalah kebersihan. Namun bila diingat-ingat lagi, senang sekali rasanya melihat rumah rapi. Bila berantakan membuat kepala pusing. Pun demikian dengan suami yang mendapati rumah bersih, sekalipun tampaknya tidak terlalu memusingkan hal yang demikian sedikit banyaknya kerapian dan kebersihan rumah pasti mengurangi beban pikirannya. Tadinya sepulang bekerja dia membayangkan rumah yang tidak rapi namun tiba-tiba tertata tentu lebih tenang. Istri pun lebih senang bisa melihat suami terlihat lebih rileks.

Indah sekali bila rumah tampak bersih dan rapi namun Mona Hilda mengatakan tidak harus perfect sampai lupa merawat diri dan menyisakan tenaga untuk bercengkerama dengan suami. Dipikir-pikir tugas perempuan terasa berat, pun demikian dengan beban para suami namun kewajiban jelas tidak bisa diabaikan. Bila tidak ada yang bisa diandalkan dalam urusan domestik sudah menjadi tugas istri untuk menyelesaikannya semaksimal mungkin.

Pengorbanan istri tersebut tentu akan membuahkan hasil. Suami dan anak-anak lebih betah di rumah. Terdengar klise?! Namun satu hal yang juga penting, kelak ke mana pun mereka pergi jadi tidak mempermalukan orang tua karena terbiasa dengan rumah yang rapi dan bersih. Jangan seperti saya sewaktu SMA kelas satu terkenal seantero asrama SMA Plus Raya Sumatera Utara kalau kamar saya paling kotor dan bau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun