Setiap anak rindu mendapatkan kehangatan seorang ayah sekalipun sudah ada ibu yang begitu mengasihi. Namun tanpa hubungan yang dekat dengan ayah anak akan merasa tidak cukup. Biasanya hubungan anak dengan ibu cukup baik sehingga ada anggapan kalau ibu adalah satu-satunya orang yang paling memahami kita sejak dari dalam kandungan.
Ibu mengajari kita mengenai kelembutan dan kasih sayang namun ayah sangat berperan mengajarkan tanggung jawab dan keteguhan karakter agar tidak mudah menyerah. Artinya, peran ayah sangat diperlukan seorang anak sebagai modal dalam menghadapi kerasnya badai kehidupan. Sayangnya tidak semua anak memiliki hubungan yang hangat dengan ayahnya sehingga komunikasi dan interaksi jarang terjadi. Akibatnya, anak memiliki ayah namun gagal mendapat dan meniru teladan dari sang ayah.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa diterapkan para ayah agar hubungan dengan anak bisa terjalin erat.
1. Bila anak melakukan kesalahan upayakan agar anak tidak menangkap kesan papa yang keras dan galak. Apalagi papa yang sampai memaki-maki si anak sehingga bisa membuat hatinya terluka. Bila ibu yang marah rasanya tidak terlalu membekas di hati namun sebaliknya bila ayah, harus berhati-hati sebab apa yang diucapkan sering kali membekas lama.
Ayah yang kebablasan memarahi anak bisa membuat anak enggan untuk bicara lagi kepada papanya bahkan bisa sampai jangka waktu yang lama. Bila anak kita melakukan kesalahan, lebih baik membicarakan dengan tenang sembari diberikan pengertian bahwa segala yang dilakukan harus disertai dengan tanggung jawab. Selain hubungan anak-ayah tetap hangat, cara ini juga bisa membentuk anak yang berkarakter lebih dewasa.
2. Tanpa disadari terkadang papa begitu marah kepada anak sehingga kemarahan tidak terkontrol. Bila hal ini terjadi para papa sebaiknya membuang ego dan gengsi untuk meminta maaf dengan hati yang tulus. Inilah satu hal yang dilakukan oleh bapak saya dulu yang juga saya teruskan ke anak. Sikap papa yang rendah hati meminta maaf dapat menyembuhkan luka anak dan mencegah hubungan yang semakin renggang.
3. Sungguh baik bila para papa mengupayakan hubungan saling bercerita dan mendengarkan misalkan dengan bernostalgia mengenai kelucuan masa kecil anak. Pengalaman saya dulu paling senang mendengarkan hal seperti ini dari bapak saya, pun anak laki-laki saya selalu antusias walau saya sudah berkali-kali menceritakan betapa menggemaskan sewaktu dia masih bayi dulu. Kisah ini ampuh mencairkan suasana yang beku antara papa dan anak.
4. Banyak permasalahan yang membuat anak merasa tidak sepaham dengan ayahnya mengenai cara berpikir, peraturan di rumah, hobi, dan lain-lain. Â Mengatasi hal ini, alih-alih bersikap kaku papa sebaiknya memiliki sifat demokratis dengan anaknya dengan menghindari sikap sebagai pemimpin yang memiliki keputusan mutlak terhadap segala sesuatu.Â
Satu hal yang saya pelajari dari bapak saya adalah kemampuan beliau untuk mengajak mama dan kami anak-anaknya untuk terlebih dahulu mengemukakan pendapat sebelum memutuskan sebuah pilihan. Hal ini akan memberikan kesan kalau papa adalah seorang yang bijaksana yang bersedia menerima masukan.
Bila anak memiliki hubungan yang baik dengan papanya maka akan ada rasa untuk memberikan yang terbaik untuk menyenangkan hati papa sehingga benar-benar mengupayakan agar ayah tidak kecewa malah bangga kepada anak. Sebaliknya bila di mata anak sang papa terkesan kaku, galak, dan otoriter maka bila sedang di depan ayah, anak mungkin akan bersikap manis namun saat di belakangnya siapa yang tahu?!
Salam,