Mohon tunggu...
Rahayu Rahmayati
Rahayu Rahmayati Mohon Tunggu... Penulis - Blog Pribadi

berekspesi dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lupakan Perpustakaan, McD Tidak Mengenyangkan Ilmu Pengetahuan

13 Februari 2020   08:25 Diperbarui: 13 Februari 2020   08:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa pekan lalu publik dihebohkan dengan pernyataan seorang pengunjung McD yang terganggu dengan hadirnya sekelompok perlajar yang yang menegur pengunjung lain saat tengah berada di McD. Pernyataan tersebut bertuliskan "McD tempat makan bukan tempat study" apa yang dipikiran pelajar hingga melupakan fungsi paten suatu tempat. 

Lalu kemana mereka buat fungsi perpustakaan sebagai tempat belajar mereka? mereka hanya belum mengenal dekat dengan perpustakaan jadi mereka belum memiliki rasa cinta. seperti kata pepatah "Tak kenal maka tak sayang".

Sejak dulu perpustakaan menjadi pusat kegiatan yang sangat penting dalam peradaban. Konon jika perpustakaannya baik maka peradabannya baik pula. Hal ini teraklamasi pada sejarah peradaban Islam yang banyak melahirkan filosof-filosof dan ahli-ahli sains melalui pusatnya yaitu perpustakaan.

Ibnu khaldun pernah mengatakan bahwasannya perpustakaan adalah jendela peradaban dan substansi peradaban adalah ilmu pengetahuan. Bukan hanya diakui oleh bangsa timur namun bangsa barat juga mengakui ke cerdasan Ibnu Khaldun. 

Dengan adanya perpustakaan juga menjadi saksi peradaban Islam yang jaya pada masanya. Perpustakaan Al-Umawiyah di Andalusia, Baitul Hikmah di Bagdhad dan Dar Al-Ilm di Mesir menjadi saksi bahwa perpustakaan telah melahirkan ahli-ahli dibidangnya dan sangat berpengaruh dalam penjalanan sejarah peradaban di dunia.

Sedikit kisah tersebut menjadi bukti bahwa perpustakaan adalah kunci utama dari suatu peradaban. Karena peradaban adalah subtansi dari ilmu pengetahuan dan di perpustakaanlah terdapat sejuta bahkan tak terhitung banyaknya suatu ilmu pengetahuan. Namun tidak banyak masyarakat yang melek akan hal dasar mengenai perpustakaan.

Naik turunnya minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan disebabkan oleh anggapan-anggapan masyarakat mengenai perpustakaan. Masyarakat menganggap perpustakaan hanyalah sebuah gedung yang didalamnya hanya berisikan susunan buku-buku yang membosankan seperti buku-buku pelajaran. 

Anggapan perpustakaan hanya diperuntukan untuk para pelajar dan mahasiswa saja. Bahkan opini yang lebih parahnya lagi masyarakat menstigma perpustakaan diperuntukan bagi orang-orang yang kutubuku dan seorang kutubuku menurut kebanyakan pandangan itu tidak keren.

Penelitian tentang minat baca masyarakat Indonesia bukan hal yang baru lagi, peneliti bahkan pengajar sering membuat pernyataan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangatlah rendah. 

Dilansir dari Gramedia.com ada lima hal yang menjadi penyebab kurangnya baca masyarakat Indonesia. Lingkungan sekitar menjadi penyebab utama flugtuasi minat baca, adanya generasi serba instan yang menginginkan semuanya serba cepat dan cenderung tidak menghargai prosesnya, adanya gadget juga menjadi faktor menurunnya minat baca tapi tidak sedikit pula pengguna gadget yang menggunakannya dengan baik dan bermanfaat. 

Hadirnya game online dan media sosial juga menjadi daftar penyebab turunnya minat baca dan yang terakhir adalah faktor dari diri sendiri, semua niat jatuh lagi kepada diri sendiri apakah kita ingin melakukan perubahan atau malah menolaknya.

Telah disinggung diawal perpustakaan dari sejak dulu menjadi pusat kegiatan peradaban. Pertanyaannya adalah apakah perpustakaan saat ini hanya menjadi tempat untuk membaca? Alih-alih perpustakaan sebagai tempat atau gedung untuk memabaca dan terkumpulnya buku-buku, perpustakaan juga bisa menjadi tempat berkegiatan lainnya yaitu pemberdayaan. 

Melalui perpustakaan masyarakat dapat mengembangkan kreatifitas dan memperluas knowledge. Tidak hanya buku-buku formal, di era digital ini perpustakaan semakin mengembangkan daya gunanya bagi masyarakat baik sosial-ekonomi dan bahkan pemberdayaan lainnya. Perpustakaan bisa menjadi pusat berkegiatan yang lebih luas lagi bukan hanya sekedar kegiatan membaca.

Seperti yang telah ditulis diatas gadget merupakan salah satu penyebab turunnya minat baca menurut Gramedia.com, namun sebenarnya teknologi dan internet menjadi salah satu elabortor kemajuan di perpustakaan. Sistem manual perpustakaan yang dulu kini berubah menjadi teknologi-teknologi yang menjadikan perpustakaan tidak seperti apa yang masyarakat anggap. 

Stigma-stigma dari masyarakat yang kolat bisa dipatahkan setelah mengunjungi perpustakaan. Kini perpustakaan memiliki wajah baru yang tentunya mengikuti perkembangan zaman di era revolusi industri 4.0 dan menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi untuk melakukan produktifitas.

Kegiatan melatih soft skill juga menjadi salah satu kegiatan perpustakaan dalam meningkatkan nilai guna. Adanya pelatihan bahasa, keterampilan berbicara dan soft skill lainnya diwadahi dan difasilitasi di perpustakaan. 

Selain itu seminar-seminar hingga bazar buku juga kerap kali diselenggaran di perpustakaan. Mindset sebagian orang terlalu sempit terhadap perpustakaan, padahal perpustakaan sangatlah luas cakupannya, maksud sangat luas disini bukan tempatnya yang luas namun terdapat ilmu pengetahuan yang luas.

Pemerintah saat ini telah membuat gebrakan baru untuk menambah minat liteasi masyarakatnya dengan membuat perpustakaan digital. Perkembangan zaman yang semakin progresif ini menciptakan suatu tantangan baru dan inovasi baru bagi pemerintah untuk menciptakan alat mobilisator agar masyarakat menyadari betapa pentingnya perpustakaan sebagai pusat berkegiatan.

Hal ini terbukti dengan pernyataan Kepala perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando baru baru in yang menyatakan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini ada peningkatan dari sebelumnya karena adanya perhatian dan kesadaran masyarakat betapa pentingnya berliterasi dan perpustakaan menjadi fasilitator dalam pencapaian produktifitas dan pemberdayaan.

Dari kereta batu bara hingga kereta melayang tercipta, perpustakaan akan tetap menjadi pusat suatu peradaban dan pemberdayaan masyarakat. Dibutuhkan kesadaran dari masyarakat perlu adanya pelopor dan contoh baik terutama bagi anak muda bangsa. 

Perkembangan zaman dan kemunculan internet pun tidak menjadi penghalang berkegiatan di perpustakaan. Justru dengan adanya teknologi dan akses internet mengjadi pendobrak inovasi-inovasi baru bagi perpustakaan dan masyarakat yang berintelektual tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun