Dalam dunia pelatihan, dikenal istilah "transition phase". Nah, kalau Indonesia berhasil lolos ke Piala Dunia, maka itulah momen transisi emas: dari federasi reaktif menuju federasi progresif.
Dari organisasi yang sibuk memadamkan api menuju organisasi yang bisa menyalakan lilin di tengah gelapnya birokrasi.
Penutup
Saya tahu, mencalonkan diri jadi Ketua Umum PSSI itu bukan sekadar soal niat baik. Tapi seperti kata Mourinho, "If you don't believe you are the best, then you will never achieve all that you are capable of."
Kalau diterjemahkan kira-kiraa begini: Jika kamu tidak percaya bahwa kamu adalah yang terbaik, maka kamu tidak akan pernah mencapai semua yang kamu mampu.
Dan saya percaya, kalau Indonesia bisa menembus Piala Dunia 2026, maka seluruh paradigma sepak bola kita akan berubah.
Kalau itu terjadi, izinkan saya melangkah ke Kongres PSSI dengan sepatu futsal, bukan sepatu pantofel--sebagai simbol bahwa sepak bola tetap harus membumi. Semoga, saya tidak dianggap orang gila karena atraksi tersebut.
Karena kalau bola itu bundar dan politik itu dinamis, maka cinta pada sepak bola harus tetap rasional--dan sedikit kocak.
Jadi, kalau nanti Indonesia benar-benar lolos, jangan kaget kalau di kertas suara Kongres PSSI ada nama saya.
Karena seperti kata Klopp, "The normal one" pun bisa membuat keajaiban--asal punya rencana, disiplin, dan humor yang sehat.
Lolosnya Indonesia ke Piala Dunia bukan sekadar kemenangan di lapangan; itu momentum pembaruan kepemimpinan sepak bola nasional.