Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dari Santri Film Festival Menuju Indonesian Wave

7 September 2025   22:22 Diperbarui: 8 September 2025   00:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo resmi Santri Film Festival (SanFFEST). (Foto: Tim Publikasi SanFFEST)

Hari ini, saya merasa bersyukur dapat menghadiri sebuah acara, yang menurut saya pribadi sangat bersejarah. Mengapa? Bayangkan untuk pertama kalinya ada sebuah ajang resmi bagi pondok pesantren untuk berkontribusi bagi perkembangan perfilman nasional.

Peluncuran Santri Film Festival (SanFFEST) 2025 oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon hari ini merupakan tonggak penting dalam lanskap kebudayaan Indonesia.

Hati saya semakin bungah ketika lokasi acara tersebut ada di sebuah mahad yang pada tahun ini memasuki usia 8 windu atau 64 tahun, Pondok Pesantren Darunnajah.

Lebih dari sekadar festival film, SanFFEST adalah sebuah gerakan kultural yang menempatkan santri dan pesantren---basis kultural Islam terbesar di Indonesia---sebagai ujung tombak diplomasi budaya baru bangsa.

SanFFEST memproyeksikan film sebagai medium universal yang dapat menyampaikan nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan dengan cara yang inklusif dan kreatif.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan bahwa santri tidak hanya pewaris tradisi pesantren, tetapi juga aktor penting dalam diplomasi kebudayaan Indonesia di panggung dunia.

Di sini, saya melihat embrio gagasan besar yang dapat kita sebut sebagai Indonesian Wave---gelombang budaya Indonesia yang lahir dari akar lokal, tetapi memiliki potensi untuk berkemampuan mengguncang dunia global.

Ditengah gempuran film-film asing, SanFFEST berpotensi menjadi kutub baru gerakan budaya global.

Pesantren sebagai Pusat Kebudayaan Baru

Pesantren sejak lama dikenal sebagai pusat pendidikan agama, tetapi melalui SanFFEST, ia ditampilkan kembali sebagai pusat kreativitas kultural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun