Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Frans Jiu Luay Tampil Magis di Panggung Maestro

13 Juli 2025   18:28 Diperbarui: 13 Juli 2025   18:28 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata Hudoq berasal dari bahasa Dayak yang berarti "roh" atau "makhluk gaib". Dalam setiap pelaksanaan ritual Hudoq, dipercaya hadir sebelas roh leluhur yang diundang untuk memberikan perlindungan dan keberkahan bagi masyarakat.

Hudoq berarti juga "menjelma", menandakan kehadiran roh dalam wujud topeng dan gerakan penari

Tarian ini biasanya ditampilkan awal musim tanam padi, sebagai bagian dari ritual permohonan kepada para roh agar hasil panen melimpah dan masyarakat dijauhkan dari penyakit serta bencana.

Topeng-topeng besar yang menyerupai makhluk mitologis merupakan ciri khas Hudoq. Gerakan-gerakan para penari mencerminkan dinamika hutan dan keseimbangan kosmos.

Dalam budaya Dayak, Hudoq tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga makna kosmologis dan ekologis.

Frans Jiu Luay: Penjaga Hudoq, Penjaga Waktu

Frans Jiu Luay adalah nama yang tidak asing di kalangan pecinta budaya Kalimantan Timur. Lahir dan besar di pedalaman Kutai, 70 tahun yang lalu.

Lebih dari separuh usianya telah didedikasikan untuk menjaga, mengajarkan, dan mempertunjukkan Tari Hudoq.

Ia dikenal bukan hanya sebagai penari, tetapi juga pembuat topeng Hudoq, dengan koleksi hingga 18 topeng yang digunakan dalam berbagai ritual dan pertunjukan.

Ia tidak sekadar menari, tetapi juga meneliti, mendokumentasikan, dan melatih generasi muda, termasuk di komunitas Hudoq di Kutai Kartanegara dan Mahakam Ulu.

Beberapa buku karyanya yang cukup terkenal seperti Hudoq dan Upacara Adat (2002), Profil Tari Tradisional Kutai Barat (2005), Panduan Tata Cara Perkawinan Adat Modang (2006).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun