Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Pintu Tertutup Itu, Prabowo-Megawati Bertemu

8 April 2025   21:11 Diperbarui: 8 April 2025   21:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Megawati Soekarnoputri, Senin (7/4/20225). (Foto: IG @sufmi_dasco)

Dengan karakter akomodatifnya, Prabowo sebagai presiden tentu ingin memperkuat pemerintahannya saat ini di tengah-tengah perseteruan antara Megawati dengan Jokowi.

Legitimasi dukungan PDIP dan Megawati sebagai Ketua Umum bisa memainkan peran strategis dalam menjaga stabilitas pemerintahan Prabowo di masa depan.

Teori perubahan politik juga relevan untuk melihat dinamika ini. Pertemuan tersebut dapat dipahami sebagai langkah adaptif dalam menghadapi kondisi ekonomi-politik yang dinamis.

Dengan menggabungkan kekuatan dua partai besar, arah kebijakan pemerintah berpotensi lebih terkonsolidasi, terutama dalam menghadapi tantangan seperti reformasi ekonomi atau revisi undang-undang strategis.

Momen Emosional: Silaturahmi Bukan Sekadar Basa-Basi

Kita jangan lupa konteksnya: ini masa Lebaran. Momentum yang secara kultural membuka ruang untuk maaf-maafan, meski latar belakangnya politik.

Politik Indonesia itu unik: identitas, budaya, dan agama semua berkelindan. Jadi, silaturahmi antar elite bukan basa-basi doang, tapi juga bentuk dari rekonsiliasi emosional.

Gabriel Almond dan Sidney Verba (1963) menyebut pentingnya civic culture--di mana elite politik menunjukkan sikap mutual respect demi kestabilan politik.

Nah, momen pertemuan Prabowo-Megawati ini adalah contoh konkret dari praktik civic culture ala Indonesia.

Perlu diingat juga, dalam teori hegemoninya Gramsci, dominasi itu bukan cuma soal siapa yang pegang kekuasaan, tapi siapa yang bisa bikin narasi.

Pertemuan ini jadi semacam "narasi damai"--bahwa meski politik nasional sedang panas, elite tetap bisa satu meja. Dan itu bikin rakyat (setidaknya sebagian) bisa tarik napas lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun