Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Anak Butuh MBG, Orang Tua Butuh Lapangan Kerja

14 Februari 2025   22:58 Diperbarui: 15 Februari 2025   14:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran, kehilangan pekerjaan, angka pengangguran. (SHUTTERSTOCK/LUNA VANDOORNE via Kompas.com)

Dalam konteks kebijakan publik di negara berkembang, masalah kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat untuk mengakses pangan bergizi sering kali menjadi isu yang mendalam.

Salah satu pendekatan yang diterapkan oleh pemerintah adalah program makan bergizi gratis untuk masyarakat rentan.

Meskipun tujuan program ini sangat mulia dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat yang membutuhkan, penting untuk diingat bahwa masalah kemiskinan bukan hanya soal akses pangan.

Masalah struktural yang lebih luas, seperti kurangnya lapangan pekerjaan yang layak dan ketidakmampuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, juga harus mendapat perhatian serius.

Artikel ini akan mengulas secara kritis pentingnya program makan bergizi gratis, tetapi juga menggarisbawahi bahwa membuka lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan adalah solusi yang lebih fundamental dan berkelanjutan dalam kebijakan publik.

Makan Bergizi Gratis: Solusi Jangka Panjang yang Penting

Program makan bergizi gratis, seperti yang diimplementasikan di beberapa negara, India, Jepang, Tiongkok telah terbukti memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan produktivitas masyarakat, terutama anak-anak.

Menurut studi yang dilakukan oleh Gundersen et al. (2012), program bantuan pangan dapat mengurangi prevalensi stunting dan meningkatkan kemampuan kognitif anak-anak dari keluarga miskin.

Namun, program ini memiliki keterbatasan. Pertama, ia bersifat dependen pada anggaran pemerintah, yang sering kali tidak konsisten.

Kedua, program ini tidak mengatasi akar masalah kemiskinan, yaitu kurangnya akses terhadap pekerjaan dan penghasilan yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun