Mohon tunggu...
Rahadian Aziz
Rahadian Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film, bermain game atau mendengarkan musik. Belakangan ini saya sedang mengembangkan skill menulis saya lewat jurnal harian yang saya isi tiap hari. Saya cukup aktif membuat konten di media sosial pribadi saya sebagai refleksi apa yang saya pahami mengenai sebuah informasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nuruddin Zanki Penguasa yang Adil

16 Desember 2023   13:00 Diperbarui: 16 Desember 2023   15:55 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nuruddin Mahmud Zanki muncul di tengah kekacauan umat islam ketika perang salib 1 berkecamuk. Dia bagaikan cahaya di kegelapan yang menerangi umat islam kala itu, makanya dia dijuluki "NURUDDIN", cahaya agama. Perlu diketahui jika umat islam pada perang salib 1 itu terpecah belah, banyak tapi lemah bagai buih di lautan. Para pemimpinnya lebih suka berseteru dengan sesamanya daripada mengalahkan musuh yang sama (Pasukan Salib).

Puncak dari kekacauan umat islam adalah ketika Jerussalem direbut oleh Pasukan Salib. Para penduduk kota dibantai secara membabi buta. Perempuan, anak-anak, orang tua, semua mereka bunuh tanpa belas kasihan. Selama seminggu penuh pasukan salib membantai penduduk Jerussalem. Korban yang jatuh sekitar 70.000 orang. Hal ini menyebabkan darah menggenang hingga lutut orang dewasa di komplek Masjid Al Aqsa. Saking banyaknya yang dibunuh mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Umat islam di negeri lain tidak bisa apa-apa selain menangis. Kekhilafahan Abbasiyah tidak bisa diandalkan, karena tidak punya kekuatan untuk menggerakan tentara untuk melindungi Al Aqsa.

Di tengah kekacauan itu muncullah Imaduddin Zanki (Ayah dari Nuruddin). Allah menggerakkan hatinya untuk menyatukan barisan kaum muslim yang terpecah belah kemudian membebaskan Al Aqsa. Imaduddin terkenal sebagai pemimpin yang berkarisma juga adil. Ia amat memperhatikan kebutuhan rakyat dan tentaranya, karena dengan terpenuhinya kebutuhan para tentaranya mereka bisa berjihad dengan tenang. Prestasi terbesarnya adalah menaklukan Edessa, kota pertama yang dibangun oleh Pasukan Salib ketika Perang Salib 1. Sayang, sebelum misinya tuntas ia mati dibunuh ketika sedang tidur. Kemudian Nuruddin Zanki melanjutkan perjuangan ayahnya.

Sepeninggal Imaduddin, Nuruddin memfokuskan perhatiannya untuk menyatukan Suriah Utara, wilayah peninggalan ayahnya yang sempat tercerai berai. Kemudian ia dengan cemerlangnya mengambil alih Damaskus, ibu kota Suriah, tanpa adanya pertumpahan darah yang sia-sia dengan cara-cara simpatik dan persuasif. Ia melarang pasukannya dari melakukan hal-hal yang dapat merugikan penduduk muslim, seperti penjarahan. Ia juga berkorespondensi dengan para ulama, tokoh-tokoh di Damaskus dan juga beberapa perwira militer untuk meyakinkan mereka kalau musuh mereka bukanlah dirinya. Akhirnya berkat bantuan seorang perempuan Yahudi, Nuruddin berhasil mengambil alih Damaskus. Para penduduk menerima Nuruddin dengan suka cita karena mereka tahu keadilan akan ditegakkan.

Nuruddin dikenal sebagai al-Malik al-'Adil 'Raja yang adil.' Gelar ini didapatkannya karena menjunjung tinggi keadilan. Hukum syariah ia tegakkan setinggi-tingginya. Ia tak segan mencopot atau menghukum pegawai pemerintah yang berlaku semena-mena kepada rakyatnya. Semua sama di mata hukum, termasuk dirinya sendiri. 

Suatu hari ia dituntut oleh seseorang yang mengaku kalau asetnya dirampas oleh Nuruddin. Kemudian Nuruddin dan si penuntut pergi ke pengadilan untuk memutuskan perkara ini. Setelah diselidiki ternyata sedari awal aset itu memang milik Nuruddin bukan milik si penuntut. Yang mengejutkan, Nuruddin kemudian memberikan aset yang diperkarakan itu kepada si penuntut. Ia juga pernah memberikan warisan ayahnya kepada penuntutnya karena ayah Nuruddin mengambil hak orang itu dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama.

Untuk mendorong masyarakat agar mereka bisa menyampaikan keluh kesah mereka mengenai kezaliman para pejabatnya, Nuruddin membangun sebuah lembaga bernama Dar al-'Adl (Rumah Keadilan). Di Rumah Keadilan itu ia sendiri yang menjadi pemimpin persidangan dan didampingi oleh para ahli hukum dan fiqih dari semua madzhab. Dengan didirikannya Rumah Keadilan ini, para pejabat tidak akan bisa berbuat semena-mena terhadap rakyat. Mereka akan berusaha keras untuk berlaku adil. Karena kalau mereka  berbuat zalim mereka akan dihukum oleh Nuruddin. 

Salah satu kebijakan yang terkenal yang diberlakukan oleh Nuruddin adalah penghapusan pajak dan upeti. Nuruddin menghapuskan pajak dan upeti karena ditegur oleh seorang ulama besar, Shaikh Abu Uthman al-Muntakhab, lewat syair. Nuruddin yang mendengar syair ini langsung menangis tersedu-sedu. Ia kemudian menghapuskan pajak dan upeti. Hal ini memperlihatkan kalau Nuruddin yang meskipun seorang sultan, ia tidak lantas anti kritik. Ia menerima kritikan dan membeci pujian yang berlebihan. Berkat dihapuskannya pajak dan upeti, masyarakat semakin bahagia dan hal itu semakin mempercepat roda perekonomian negara.

Dalam masa pemerintahan Nuruddin, pembangunan berjalan amat lancar. Tidak ada yang namanya penyelewengan dana atau proyek mangkrak. Semua proyek infrastruktur diselesaikan dengan sempurna. Jalan-jalan dibangun, benteng-benteng diperkuat, penginapan-penginapan, sekolah, rumah sakit, dan masjid diperbanyak. Nuruddin juga orang yang sangat concern tentang pendidikan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya madrasah + fasilitas penunjang madrasah yang ia bangun. Tidak sampai disana saja, Nuruddin berinfaq sebanyak 9000 dinar Syria untuk kepentingan umum. Bisa dibayangkan betapa bahagia dan makmurnya penduduk Damaskus.

Tentunya Nuruddin bukanlah tokoh fiksi dan kebijakannya bukan juga rekaan semata. Semua ini bisa dan mungkin dicapai bila negerinya dipimpin oleh orang sholeh dan adil. Terbukti dalam kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz tak ada satupun orang miskin di wilayah yang dikuasainya. Jika satu orang sholeh dan adil mampu membuat perubahan yang signifikan terhadap satu wilayah, apa jadinya jika di sebuah negeri ulama dan masyarakatnya juga sholeh dan berlaku adil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun