Mohon tunggu...
Ragil Kuning
Ragil Kuning Mohon Tunggu... -

Wanita sederhana yang selalu ingin belajar, belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] Hantu Gundul Pringis

12 Desember 2011   07:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Ragil Kuning (No.16)

Hujan masih turun menitik ketika kulewati sebuah kuburan yang terletak di ujung desa. Tak ada jalan lain selain jalan ini, hingga aku memberanikan diri melangkahkan kaki melewati samping kuburan meski bulu kudukku mulai berdiri.

“Ah, kenapa tak ada orang yang lewat, padahal ini baru jam tujuh malam” rutukku dalam hati.

Seharusnya tadi aku menerima saja tawaran Pak Roni untuk mengantarkan aku pulang ke rumah. Jika sudah begini, aku menyesal mengapa tadi menolaknya.

“Awas lho Mas, nanti diganggu Untung baru tahu rasa” ledek Pak Roni saat kutolak tawarannya.

“Ah, mana ada sih Pak orang yang sudah mati bisa hidup lagi?” sanggahku sambil tersenyum dan berlalu dari hadapannya.

Tapi entah mengapa begitu baru kulewati separo dari pekarangan kuburan, tiba-tiba aku teringat cerita tentang kematian Untung. Seorang bocah berkepala plontos yang meninggal dua hari lalu karena kejatuhan buah kelapa saat dia digendong kakeknya melintasi kuburan ini.

Brrrrr... tiba-tiba aku bergidik ngeri.

Dengan tergesa aku ingin segera melewati kuburan yang cukup luas ini. Namun entah mengapa langkahku tiba-tiba menjadi terasa berat. Bahkan ketika kucoba untuk berlari, aku merasakan seperti ada kekuatan yang menarikku.

“Bluuukk..”

Terdengar suara benda jatuh dari ketinggian. Aku yang terkejut, seketika berhenti. Kepalaku celingak-celinguk ke kanan ke kiri. Sepi. Yang ada hanya jajaran pohon kelapa yang menjulang tinggi.

Aku mencari-cari sumber suara jatuhnya benda tadi. Beberapa saat akhirnya mataku terantuk pandang pada segelintir buah kelapa yang masih muda.

“Oh, rupanya kelapa ini yang tadi jatuh. Lumayan.. akan kubawa pulang untuk Risma”

Melihat kelapa muda itu, aku teringat Risma yang sedang hamil tiga bulan dan ngidam ingin minum air kelapa muda.

Aku segera mendekati buah kelapa yang terjatuh tadi. Namun begitu aku mengangkatnya, aku terkejut bukan main ketika buah kelapa yang kupegang berubah menjadi sosok kepala plontos dengan mulut meringis lebar.

“Haaahhh..” seketika aku melemparnya.

Potongan kepala plontos itu semakin tertawa lebar, bahkan terbahak-bahak. Wajahnya menyeramkan dengan gigi bertaring dan penuh darah. Matanya melotot nyaris keluar dari rongga mata. Dia melayang-layang memutari kepalaku masih sambil tertawa.

Keringat dingin mulai membanjiri tubuhku dan entah mengapa kurasakan pandangan mataku semakin gelap. Pingsan. Seketika melintas bayangan Untung di depanku.

“Untung, itukah kamu????”

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju ke sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun