Di era modern ini, banyak individu, terutama remaja dan dewasa muda menunjukkan sebuah perilaku yang Bernama "Narsistik" di media sosial. Gejala ini seperti Memposting berlebihan tentang diri sendiri, Pencitraan yang di lebih-lebihkan, dan ketergantungan terhadap validasi seseorang (Like, Comment) yang menjadi sangat umum. Perilaku ini bersumber dari konflik kepribadian yang tdak tampak secara kasat mata, khususnya dalam hubungan dengan diri sendiri dan juga orang lain. Meskipun terlihat sebagai bentuk ekpresi diri yang wajar, perilaku ini sering kali mencerminkan kebutuhan psikologis yang lebih dalam, yakni keinginan untuk diakui, diterima, dan dicintai.
Banyak individu, terutama para remaja dan dewasa muda, mengalami sebuah tekanan psikososial untuk membentuk citra diri yang ideal di ruang digital. Hal ini mengidikasikan adanya sebuah ketegangan antara "diri" yang sebenarnya dengan "diri yang ingin ditampilkan". Perilaku narsistik ini bukan sekedar masalah di permukaan, tapi menecerminkan dinamika psikologis yang kompleks dan berkaitan erat dengan pembentukan kepribadian, pengalaman masa kecil, dan pola relasi interpersonal yang terbentuk sejak dini. Oleh karena itu, penting untuk meninjau fenomena ini dari perspektif kepribadian yang mampu mengungkap dinamika tak kasatmata di balik prilaku eksternal yang tampak mecolok.
Dalam konteks ini, teori objek-relasi Melanie Klein dan teori kecemasan dasar milik Karen Horney menjadi sangat relevan untuk menganalisis bagaimana pengalaman awal dengan figure pengasuh serta kebutuhan neurotic terhadap penerimaan sosial membentuk prilaku narsistik yang berkembang di era digital. Kedua teori ini memberikan lensa psikoanalitik yang mendalam dalam memahami sumber konflik intrapsikis yang berakar dari relasi awal dan ketidakamanan emosional, yang kemudia diekpresikan melalui pencitraan diri di media sosial.
Analisis menggunakan Teori Melanie Klein dan Karen Horney
Melanie Klein -- Teori Objek-Relasi
       Melanie klein meyakini bahwa pengalaman awal dengan "Objek" (biasanya ibu atau figur peganti) membentuk dasar hubungan interpersonal sepanjang hidup. Dalam konteks narsisme digital, perilaku pencitraan diri dapat dilihat sebagai bentuk hubungan dengan "objek internal" yang bermasalah.
- Splitting (pemecah): Individu yang narsistik cenderung memisahkan antara "aku ideal" (yang mereka tampilkan di media sosial) dan "aku buruk" (yang mereka hindari). Ini mencerminkan mekanisme pertahanan awal yang digambarkan Klein, di mana objek dilihat secara ekstrem---baik sepenuhnya baik atau buruk.
- Proyeksi dan introjeksi: Ketika seseorang merasa tidak dicintai atau tidak cukup baik di masa kecil, mereka mungkin mengintrojeksi citra negatif dari orang tua atau lingkungan. Di media sosial, mereka berusaha "memproyeksikan" citra ideal sebagai kompensasi, demi mendapatkan kembali "objek baik".
- Kecemasan paranoid-depresif: Ketergantungan pada validasi digital bisa menjadi wujud dari ketakutan ditinggalkan atau tidak dicintai, yang menurut Klein bersumber dari tahap awal perkembangan.
Karen Horney -- Teori Kebutuhan Neurotik
Horney menekankan pentingnya kecemasan dasar yang bersal dari hubungan interpersonal yang bermasalah di masa kanak-kanak. Narsisme, menurut Horney, bisa di bilang sebagai respons terhadap kebutuhan neurotic, seperti:
- Kebutuhan akan pengakuan dan kekaguman berlebihan: Orang narsistik ngerasa harus terus-menerus dikagumi untuk merasa aman.
- Kebutuhan untuk membuat kesan: Mereka merasa cemas bila tidak bisa menunjukan citra diri yang hebat.
- Gerakan "menjauh dari orang lain": Di balik pencitraan diri, mereka mungkin mengalami ketakutan terhadap kedekatan sejati dan lebih memilih hubungan superfisial melalui media sosial.
Karen Horney juga membahas "ideal self" vs. "real self". Individu narsistik terus berusaha menjadi "ideal self" yang sempurna di mata orang lain, dan merasa terancam jika gambaran itu tidak diterima. Akibatnya, mereka terus menghindari realitas diri dan hidup dalam dunia yang dikonstruksi oleh validasi eksternal.
Asumsi dan Argumentasi dari Jurnal Ilmiah
- Casale & Banchi (2020) menunjukkan bahwa narsisme di media sosial berakar pada dinamika hubungan yang disfungsional, konsisten dengan objek-relasi Klein.
- Marengo et al. (2020) menyatakan bahwa pengeditan citra dan filter di Instagram berhubungan dengan rendahnya harga diri dan kecemasan sosial---yang mendukung pandangan Horney tentang kebutuhan neurotik akan penerimaan.
- Andreassen et al. (2017) menemukan bahwa kecenderungan narsistik digital sering disertai oleh rasa tidak aman dan kesepian, yang sejalan dengan gagasan Horney tentang kecemasan dasar.
- Barry et al. (2017) menyimpulkan bahwa narsisme terbentuk dari pengalaman interpersonal negatif, mendukung pandangan Klein bahwa objek internal (figur pengasuh awal) sangat menentukan.
- Brailovskaia & Margraf (2018) menegaskan bahwa narsisme di media sosial berkaitan dengan kondisi psikologis buruk, seperti depresi dan kecemasan, yang bisa dijelaskan sebagai akibat dari konflik antara ideal self dan real self.
Kesimpulan
yang bisa di simpulkan ialah bahwa perilaku narsistik di media sosial bukan sekadar ekspresi kesombongan, melainkan refleksi dari dinamika intrapsikis yang kompleks. Menurut Melanie Klein, perilaku ini bisa jadi adalah hasil dari hubungan awal yang penuh ambivalensi, ketakutan akan kehilangan cinta, dan usaha mempertahankan "objek baik". Sementara itu, Karen Horney menilai narsisme sebagai bentuk kompensasi dari kecemasan dasar dan kebutuhan neurotik akan penerimaan dan kekaguman. Oleh karena itu, intervensi terhadap perilaku ini sebaiknya tidak hanya menyasar pada gejalanya, tapi juga pada akar relasi psikologis terdalam yang membentuk kepribadian.
Daftar Pustaka
Andreassen, C. S., Pallesen, S., & Griffiths, M. D. (2017). The relationship between addictive use of social media, narcissism, and self-esteem. Addictive Behaviors, 64, 287--293.
Barry, C. T., Doucette, H., Loflin, D. C., Rivera-Hudson, N., & Herrington, L. L. (2017). "Let me take a selfie": Associations between self-photography, narcissism, and self-esteem. Psychology of Popular Media Culture, 6(1), 48--60.
Brailovskaia, J., & Margraf, J. (2018). What does media use reveal about personality and mental health? International Journal of Psychology, 53(6), 436--445.