Mohon tunggu...
Achmad Raflie Pahlevi
Achmad Raflie Pahlevi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis Lepas

Menulis untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Di Balik Langit Mandalika

23 Maret 2022   14:34 Diperbarui: 23 Maret 2022   14:46 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perbincangan antara kemampuan BMKG dalam memprediksi cuaca dan kemampuan pawang hujan dalam menolak atau bahkan mendatangkan hujan menjadi perbincangan hangat di jagat media sosial. Bahkan tagar yang berkaitan dengannya, seperti #bmkg, #memalukan, dan #pawanghujan sempat menjadi trending topik di twitter pada saat pergelaran moto gp di sirkuit Mandalika minggu 20 Maret yang lalu.

Berbagai respon muncul di masyarakat, ada yang percaya, ada yang tidak, bahkan ada juga yang bilang itu memalukan. Respon dari netizen luar negeri juga meramaikan jagat media sosial, karena ajang moto gp ini sudah pasti ditonton oleh ratusan juta pasang mata di seluruh dunia. Respon netizen luar negeri ada yang bilang ini adalah suatu kebodohan, tetapi ada juga yang bilang ini adalah bagian dari budaya, yang harus kita hormati. Lalu apakah yang sebenarnya terjadi di Mandalika waktu itu?

 Guswanto, Deputi Meteorologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), telah menyatakan bahwa balapan moto gp di Mandalika akan dihantui oleh cuaca buruk sepanjang balapan. Hal ini disebabkan oleh adanya bibit siklon di selatan Bali yang menyebabkan pertemuan angin dan meningkatkan pembentukan awan di daerah Jawa Timur, Bali, dan Lombok.

BMKG sendiri sudah memperingatkan hujan disertai petir akan berlangsung dari pukul 11.00 hingga 17.00 WITA. Benar saja, prediksi hujan yang diberikan oleh BMKG tepat. Sebenarnya balapan bisa saja diteruskan meskipun hujan melanda, tetapi hujan yang begitu lebat, bahkan disertai petir yang menyambar-nyambar bisa membahayakan nyawa pembalap. Untuk itu, balapan diundur hingga 1 jam.

Di saat hujan lebat itulah, mbak Rara, selaku pawang hujan masuk dan merapalkan berbagai mantra untuk menghentikan hujan. Aksi ini sempat terekam dan disaksikan oleh seluruh penikmat moto gp di berbagai belahan dunia. Aksi mbak Rara awalnya terlihat tidak berhasil, namun dia terus-menerus merapalkan mantranya hingga tak lama kemudian hujan berhenti.

Hujan yang semula diprakirakan BMKG akan berhenti pada pkl 17.00 WITA, tetapi berhenti pada pkl 16.15 WITA. Inilah yang menjadi pertanyaan sebagian besar netizen di jagat sosial media.

Benarkah mbak Rara bisa menghentikan hujan sejam lebih awal dari prakiraan yang disampaikan oleh BMKG?

Lalu bagaimanakah dengan fakta yang sebenarnya?

Dalam memprakirakan cuaca, BMKG menggunakan model cuaca yang memiliki resolusi spasial (luasan) dan resolusi temporal (waktu). Untuk resolusi temporal, model yang dikeluarkan oleh BMKG memiliki resolusi per 3 jam. Itulah yang menyebabkan prakiraan yang dikeluarkan oleh BMKG pada saat ajang moto gp dalam range 3 jam, dari pkl 08.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WITA.

Alasan tak diguakan resolusi yang lebih rapat, seperti per jam atau per 30 menit, disebakan dengan resolusi yang lebih rapat, maka untuk menghasilkan suatu prakiraan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga prakiraan tersebut akan lebih lama berada di tangan pengguna.

Lalu apakah benar mbak Rara bisa menghentikan hujan yang diprakirakan BMKG?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun