Mohon tunggu...
Rafi Taufiq
Rafi Taufiq Mohon Tunggu... Mahasiswa sekaligus Pemimpin Redaksi LPM Suaka

Mahasiswa yang aktif menulis dan tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka sebagai Pemimpin Redaksi, aktif menulis sejak tahun 2022 dan tertarik pada isu politik, HAM, gender, pemberdayaan masyarakat, dan kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca Bendera Luffy jelang Perayaan Kemerdekaan

31 Juli 2025   19:18 Diperbarui: 1 Agustus 2025   19:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pinterest) 

Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, media sosial diramaikan dengan unggahan warga yang memasang bendera bajak laut dari serial One Piece, gambar tengkorak dengan topi jerami yang identik dengan tokoh Monkey D. Luffy. Bendera tersebut terlihat dikibarkan di depan rumah, warung, hingga berdampingan dengan bendera merah putih.

Meski awalnya dianggap sebagai lelucon, sebagian warganet justru mengaitkannya dengan kritik sosial terselubung terhadap realitas kemerdekaan yang belum sepenuhnya dirasakan oleh semua kalangan.

Budaya Pop dan Ekspresi Sosial


Serial One Piece, karya mangaka Jepang Eiichiro Oda, bercerita tentang kru bajak laut yang melawan ketidakadilan dan otoritas global dalam dunia fiksional. Tokoh utama, Luffy, digambarkan sebagai sosok yang menjunjung tinggi kebebasan, persahabatan, dan perlindungan terhadap kelompok tertindas. Nilai-nilai ini dinilai resonan dengan realitas sosial di banyak negara, termasuk Indonesia.

Menurut survei yang dilakukan Populix (2022), One Piece adalah salah satu anime dengan penggemar terbanyak di Indonesia, terutama di kalangan usia 17--35 tahun. Ini menunjukkan bahwa serial ini memiliki basis penonton yang luas dan potensial membentuk narasi alternatif di ruang publik.

Tindakan Simbolik dan Resistensi Sunyi


Fenomena ini dapat dibaca melalui pendekatan teori "weapons of the weak" dari James C. Scott. Dalam bukunya Domination and the Arts of Resistance (1990), Scott menjelaskan bahwa masyarakat yang tidak memiliki akses langsung terhadap kekuasaan cenderung mengekspresikan ketidakpuasan secara simbolik dan tidak frontal. Bentuknya bisa berupa sindiran, humor, atau tindakan kecil yang secara kasatmata tampak tidak mengganggu, namun mengandung kritik sosial yang dalam.

Pemasangan bendera bajak laut bisa dipahami sebagai bentuk resistensi simbolik. Tanpa menentang secara eksplisit, tindakan ini menyiratkan ketidakpuasan terhadap makna kemerdekaan yang dirasa tidak merata. Dalam banyak komentar netizen, misalnya, muncul narasi bahwa "Luffy lebih terasa sebagai pahlawan rakyat" atau "bendera Luffy mewakili semangat bebas yang sesungguhnya."

Perspektif Legal dan Reaksi Publik


Meski begitu, secara hukum, pengibaran bendera selain Merah Putih di momen resmi kenegaraan bisa dianggap melanggar. Pasal 24 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara menyatakan bahwa bendera negara harus diperlakukan dengan hormat dan tidak boleh dipasang bersama simbol lain di tempat yang sama.

Namun hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang terkait fenomena bendera One Piece. Di sisi lain, di ruang digital, tanggapan publik cenderung terbagi. Sebagian menilai tindakan ini kreatif dan tidak merugikan, sementara yang lain menganggapnya bentuk penghinaan terhadap simbol negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun