Ketiga, pamerintah harus merangkul para influencer, pemimpin agama, pejabat publik, selebriti, aktivis, kaum milenial dan tokoh masyarakat untuk memperkuat pesan positif demi mengurangi stigma.
Keempat, para jurnalis harus memberikan produk jurnalis yang memotivasi dan membangkitkan rasa percaya diri warga. Â Produk jurnalistik yang terlalu fokus seputan peningkatan kasus positif Covid-19 hanya akan memperburuk stigma. Sebagai gantinya, media massa bisa menampilkan produk jurnalistik seputar praktik warga mencegah Covid-19, menginformasi cara membuat desinfektan secara mandiri, edukasi kapan dan dimana warga memeriksakan kesehatan, hingga membuat cerita tentang pasien yang sembuh dari Covid-19. Hal ini penting agar warga tidak terbelenggu dalam kepanikan yang tidak perlu. Â
Kelima, komunitas etnis juga penting dilibatkan. Tujuannya agar pesan positif bisa tersampaikan dalam bahasa daerah. Pemikiran ini selaras dengan gagasan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, bahwa sosialisasi pencegahan Covid-19 dalam bahasa daerah lebih mudah dipahami. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menjaga dan melestarikan bahasa daerah. Pada tahun 2018 tercatat Indoensia memiliki 750 bahasa daerah yang tersebar di 34 provinsi. Â Selain itu, penggunaan bahasa daerah juga bisa mudah tersampaikan kepada warga di pedesaan dan plosok.
Saat ini semua pihak harus saling mendukung dalam melawan pandemi Covid-19. Jika semua pihak berjalan sendiri-sendiri, bisa dibayangkan sampai kapan Indonesia sembuh dari pandemi. Mari menggelorakan bersama lawan Corona.