Apa benang merah antara memahami perilaku individu, memperjuangkan kebijakan pengendalian tembakau, dan menganalisis struktur dewan direksi di sebuah perusahaan multinasional?Â
Mungkin terdengar acak. Namun bagi saya, ketiganya bertemu di satu titik: sistem.
Perjalanan saya dimulai dari bangku kuliah Psikologi di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Di sana saya terpikat oleh pertanyaan klasik: "mengapa?"---mengapa seseorang bertindak seperti itu, dan bagaimana lingkungan serta nilai sosial memengaruhi keputusan mereka. Rasa ingin tahu ini tak berhenti di ruang kelas. Saya terlibat aktif di komunitas yang fokus pada isu kesehatan publik, terutama pengendalian tembakau. Di sana saya belajar bahwa perubahan perilaku kolektif bukan sekadar soal kampanye, tapi soal menata ulang sistem sosial dan kebijakan.
Rasa ingin tahu ini tak berhenti di ruang kelas. Saya terlibat aktif di komunitas yang fokus pada isu kesehatan publik, terutama pengendalian tembakau. Di sana saya belajar bahwa perubahan perilaku kolektif bukan sekadar soal kampanye, tapi soal menata ulang sistem sosial dan kebijakan.
Sebagai relawan dalam program pertukaran budaya dan mobilitas global, saya juga menyaksikan bagaimana interaksi lintas budaya membentuk perspektif baru tentang kemanusiaan. Ini bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan cara pandang---bagaimana sistem pertukaran pengetahuan bisa menjadi titik tolak transformasi diri.
Belakangan, saya menantang diri untuk menyelami dunia sistem korporasi. Melalui kursus mandiri tentang Tata Kelola Perusahaan yang saya ikuti dari universitas nasional terkemuka, saya menyadari bahwa bahkan perusahaan multinasional pun dibangun dari kumpulan perilaku manusia. Tentang bagaimana akuntabilitas, etika, dan transparansi dijalankan dalam praktik.
Kini saya percaya: sistem terbaik---baik komunitas, institusi, maupun perusahaan---dibangun di atas pemahaman mendalam tentang perilaku manusia. Dan di situlah saya menemukan titik temu antara psikologi, pendidikan, dan pembangunan sosial yang adil.
Dan ini tiga cara saya membangun dan membaca sistem:
Observasi mendalam & refleksi personal.
Saya memulai dari pertanyaan "mengapa." Bukan sekadar menganalisis perilaku dari luar, tapi menyelami pengalaman, dinamika sosial, dan pola pikir yang membentuk keputusan---baik individu maupun kolektif.Eksperimen dalam kolaborasi.
Saya percaya inovasi lahir dari interaksi. Karena itu, saya aktif menciptakan ruang kolaborasi: entah dalam advokasi, riset kecil, atau proyek kreatif---untuk menguji ide, membangun jaringan, dan mengukur dampaknya secara langsung.Belajar lintas disiplin secara mandiri.
Saya menyadari bahwa tidak semua jawaban ada di satu jurusan. Itulah kenapa saya mengeksplorasi bidang-bidang lain, seperti tata kelola perusahaan dan kebijakan publik, melalui kursus mandiri. Karena memahami sistem berarti berani belajar keluar dari sistem itu sendiri
Perjalanan saya masih sangat dini---dan itu semua dimulai dari refleksi dan intropeksi
Rafika Qurrata A'yun
Lifelong LearnerÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI