Oleh: Raffi Muhamad Faruq
Di tengah tantangan pendidikan tinggi modern, penguatan karakter mahasiswa menjadi isu yang tak bisa ditawar. Sayangnya, banyak sistem evaluasi akademik masih terjebak dalam budaya angka tanpa makna. Di sinilah penilaian berbasis portofolio hadir sebagai angin segar. Dalam praktiknya, seperti pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam Internasional oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, M.M, di UIN Bandung, portofolio bukan hanya alat penilaian, melainkan proses pendidikan karakter. Mahasiswa dilatih bertanggung jawab, tertib, dan kolaboratif. Esai ini membahas empat aspek bagaimana sistem penilaian berbasis portofolio mampu menjadi media efektif dalam membentuk karakter mahasiswa yang tidak hanya kompeten, tetapi juga berintegritas.
Pertama: Tanggung Jawab Individu dan Kelompok: Pilar Awal Pembentukan Karakter; Penyusunan portofolio kelompok menuntut keterlibatan aktif setiap anggota. Mahasiswa tak hanya diminta mengerjakan tugas, tetapi juga mengelola proses, mengatur dokumen, dan menyelesaikan bundel tepat waktu. Proses ini melatih rasa tanggung jawab, baik secara individu maupun kolektif. Tidak ada lagi ruang bagi mahasiswa untuk sekadar "menumpang nama". Inilah pendidikan karakter yang konkret: bukan lewat ceramah, tapi lewat pengalaman nyata. Mahasiswa belajar bahwa hasil bersama hanya akan tercapai jika masing-masing berperan secara jujur dan adil. Ini merupakan implementasi langsung dari nilai amanah dan ikhtiar dalam pendidikan Islam.
Kedua: Kedisiplinan dalam Administrasi Akademik sebagai Cermin Etika Ilmu; Syarat bahwa nilai tidak akan keluar sebelum portofolio diserahkan ke Prodi menanamkan nilai disiplin yang kuat. Mahasiswa dituntut menyusun, mencetak, dan menyerahkan bundel sesuai tenggat. Ini bukan soal teknis semata, tapi latihan konsistensi dan komitmen terhadap proses akademik. Di sinilah karakter mahasiswa terasah: bukan sekadar belajar konten, tapi juga belajar menghormati sistem. Dalam konteks manajemen pendidikan Islam, disiplin bukanlah kekangan, tetapi bentuk adab ilmiah. Mahasiswa yang terbiasa tertib dalam urusan administrasi cenderung lebih tertib pula dalam berpikir, berbicara, dan bertindak.
Ketiga: Kolaborasi dan Kepemimpinan dalam Penyusunan Portofolio; Portofolio kelompok memberi ruang alami bagi mahasiswa untuk belajar memimpin dan bekerja sama. Dalam prosesnya, selalu ada anggota yang memfasilitasi, mengatur waktu, mengoordinasi, dan mengoreksi. Peran-peran ini melatih soft skill manajerial yang sangat penting bagi mahasiswa MPI. Lebih dari sekadar membagi tugas, mahasiswa juga belajar menyatukan perbedaan pendapat, menyelesaikan konflik kecil, hingga menyepakati hasil akhir. Proses ini menumbuhkan empati, komunikasi yang sehat, dan kemampuan berpikir strategis. Semua ini adalah fondasi karakter kepemimpinan yang diperlukan dalam dunia kerja dan masyarakat.
Keempat: Kesadaran Kontribusi terhadap Institusi: Pendidikan Karakter Skala Sistem;Â Ketika portofolio tidak hanya dinilai oleh dosen, tetapi juga dikumpulkan untuk arsip akreditasi Prodi, mahasiswa disadarkan bahwa mereka adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Mereka bukan hanya belajar untuk diri sendiri, tapi juga untuk kemajuan lembaga. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab institusional. Karakter mahasiswa pun berkembang dari individu yang pasif menjadi agen aktif dalam peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan karakter bukan lagi terbatas pada etika personal, tetapi meluas ke partisipasi sosial dan kontribusi struktural. Inilah pendidikan Islam dalam makna manajerial: integritas personal sekaligus loyalitas kolektif.
Penilaian berbasis portofolio tidak hanya mengukur pemahaman materi, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa secara utuh. Melalui proses kolaboratif, disiplin administratif, dan kontribusi terhadap institusi, mahasiswa dilatih menjadi insan akademis yang bertanggung jawab, tertib, dan visioner. Praktik ini membuktikan bahwa pendidikan karakter dapat terintegrasi secara alami dalam sistem evaluasi yang dirancang baik. Dalam konteks pendidikan Islam, ini merupakan realisasi dari nilai ikhlas, jujur, dan komitmen terhadap amanah ilmiah. Dengan demikian, portofolio bukan hanya alat ukur nilai, tetapi juga cermin watak dan kualitas pribadi mahasiswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI