Ke depan, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan kriteria lain seperti efisiensi energi (Wh/km), biaya perawatan, ketersediaan infrastruktur charging di wilayah tertentu, atau bahkan nilai jual kembali mobil setelah beberapa tahun penggunaan. Semakin lengkap kriteria yang dianalisis, maka hasilnya pun akan semakin relevan dengan kebutuhan nyata konsumen Indonesia.
Sebagai penutup, memilih kendaraan listrik bukan hanya soal siapa yang paling mahal atau siapa yang paling terkenal. Ini soal kebutuhan, efisiensi, dan kecocokan dengan gaya hidup kita masing-masing. Dengan pendekatan AHP dan SAW, saya berusaha menyederhanakan proses pengambilan keputusan multi-kriteria agar masyarakat bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan. Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat, baik untuk konsumen, peneliti, maupun pemangku kebijakan di industri otomotif Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI