Mohon tunggu...
Raditya Hogantara
Raditya Hogantara Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

keep breathing even if you are useless

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi?

24 November 2020   10:22 Diperbarui: 24 November 2020   11:21 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi Covid-19 di tanah air yang tak kunjung berakhir hal berdampak pada semua sektor, termasuk di bidang pendidikan.Program sekolah jarak jauh sama sekali tidak efektif. Akibatnya, anak-anak lebih banyak bermain daripada belajar.

Sebentar lagi, anak-anak SD, SMP dan SMA akan masuk sekolah. Berbeda dari zaman dulu, pemerintah kini lebih melonggarkan aturan untuk  belajar di sekolah. Meski tidak semua sekolah bisa melaksanakan,namun di awal tahun 2021 nanti sekolah akan dibuka dan peraturan Kembali kepada pemerintah daerah untuk memberikan izin pembukaan sekolah dan hal tersebut membuat pro dan kontra terhadap masyarakat.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan menolak pembukaan sekolah berdasarkan zonasi. Ia menilai zonasi tak menjamin keamanan lantaran anak yang meninggal karena COVID-19 masih banyak.

Dalam konferensi pers secara virtual Senin (17/8/2020) Aman mengatakan pembukaan sekolah saat ini memiliki resiko besar terhadap kesehatan anak dan tenaga pendidikan. Hal itu ia katakan berdasarkan data yang dimiliki oleh IDAI banyak anak yang terpapar COVID-19.

Data yang dimiliki IDAI dari seluruh Indonesia pada Maret 2020 hingga 10 Agustus 2020 terdapat 11.708 anak supek COVID-19 yang 318 di antaranya meninggal. Sedangkan yang terkonfirmasi positif COVID-19 ada 3.928 anak dan 59 di antaranya meninggal dunia.

"59 [anak meninggal positif COVID-19] ini data Minggu lalu. Kami tahu pasti semua setiap kasusnya satu persatu kenapa dia meninggal," kata Aman.Berdasarkan data tersebut, 10 persen merupakan anak dengan usia 0-28 hari; 32 persen berusia 29 hari- 11 bulan 29 hari. Kemudian 24 persen berusia 1-5 tahun; 14 persen usia 6-9 tahun dan sisanya 20 persen berusia 10-18 tahun.

"Kalau sekolah dibuka yang [meninggal] usia 10 tahun ke atas ini juga banyak, ada 20 persen. Ini adalah anak yang sulit untuk diatur untuk pakai maker atau cuci tangan. Ini mau sekolah dibuka," kata Aman.

Menurut Aman, IDAI tidak pernah dimintai pertimbangan, baik pemerintah pusat maupun di daerah tentang pembukaan sekolah.

Ketua Forum Guru Independen Indonesia (FGII) Tety dalam kesempatan yang sama juga mengungkapkan betapa pentingnya kesehatan anak. Ia ingin agar dalam kondisi pandemi ini pemeritah tetap memberlakukan belajar jarak jauh.

"Kami menolak untuk [belajar langsung di sekolah] tatap muka bagi sekolah-sekolah di Indonesia untuk melindungi anak-anak Indonesia," katanya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Fahriza Marta Tanjung. Ia menilai ada hal-hal yang tidak terpenuhi dalam pembukaan sekolah yang membuat aspek kesehatan tidak terjamin.

"Pembukaan sekolah pada tingkat SMA dan tingkat terbawah sampai PAUD ini kebijakan yang tidak menentingkan kesehatan anak," ujarnya. Inisiator Koalisi Warga Lapor COVID-19 Irma Hidayana dalam konferensi pers tersebut menegaskan bawah kebijakan pembukaan sekolah harus dibatalkan. Pembukaan sekolah nilainya justru akan menjadi fasilitator penularan COVID-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun