"Anak-anak, perhatikan ya, materi ini penting untuk ujian nanti." Kalimat seperti ini mungkin sering terucap di kelas. Namun, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri apakah kalimat itu cukup powerful untuk membangkitkan minat belajar mereka?
Apakah kata-kata kita, sebagai guru, selalu sampai di hati dan pikiran siswa dengan efektif? Inilah alasan mendasar mengapa setiap guru perlu mempelajari seni kuno yang tetap relevan hingga detik ini yaitu retorika.
Banyak yang mengira retorika sekadar pidato persuasif atau manipulasi kata-kata. Padahal, hakikat retorika jauh lebih dalam dan mulia.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara efektif untuk menyampaikan ide, meyakinkan pendengar, dan membangun hubungan.
 Bagi seorang guru, retorika bukanlah alat untuk memaksa, melainkan jembatan untuk menyentuh. Mengapa demikian ? mari kita simak penjelasan berikut ini!
1.Retorika adalah Kunci Membuka Pintu Perhatian Siswa
Di era yang penuh pengalihan seperti sekarang, perhatian siswa adalah aset yang sangat berharga.
 Retorika mengajarkan kita untuk membuka pelajaran bukan dengan kalimat basa-basi, tetapi dengan "penangkapan" yang kuat. Sebuah cerita pendek yang relevan, sebuah pertanyaan provokatif, atau fakta mengejutkan tentang pelajaran hari itu semua itu adalah teknik retoris (disebut exordium) yang dirancang untuk meraih minat mereka sejak detik pertama.
Alih-alih mengatakan, "Hari ini kita belajar tentang cerita rakyat Malin Kundang," coba mulai dengan, "Bayangkan kalian menjadi ibu yang tidak pernah bertemu dengan anaknya tetapi setelah bertemu dan anak tersebut sukses ia durhaka kepadamu bagaimana reaksimu." Retorika membantu kita mengemas "pembuka" yang membuat siswa ingin mendengar lebih lanjut.
2. Menjelaskan Hal Rumit menjadi Sederhana dan Menarik