Langit di Gaza, Palestina yang biasanya biru keemasan kini diselimuti asap pekat. Azan subuh baru saja selesai, tapi dentuman artileri memecah udara. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berlari kecil menuju sekolah sambil menenteng buku lusuh. Itu merupakan hadiah terakhir dari ayahnya sebelum gugur karena Genosida yang dilakukan tentara Zionis
Di ujung jalan, seorang perempuan paruh baya menata sisa roti di atas piring kecil. Itu bukan sarapan mewah, hanya roti kering dengan sedikit minyak zaitun. Namun, di tengah blokade, itu adalah kemewahan yang tak semua keluarga bisa miliki. Di atas kepala mereka, suara dengungan drone tak pernah berhenti. Setiap menit adalah ancaman. Setiap langkah bisa menjadi yang terakhir.
Di tengah kenyataan yang pahit itu, ada satu nama yang membuat Israel tidak bisa tidur nyenyak: Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyyah atau yang lebih dikenal dengan Hamas. Bagi sebagian besar rakyat Gaza, Hamas bukan sekadar kelompok bersenjata. mereka adalah tembok terakhir yang menahan ombak kehancuran. Sementara itu di luar Gaza khususnya Palestina, banyak pemimpin negara Arab sibuk duduk di kursi empuk konferensi internasional. Mereka berbicara panjang lebar, mengutuk, lalu pulang dengan aman. Bedanya jelas: di Gaza orang melawan, di luar sana orang berpidato. Dan inilah 20 alasan mengapa banyak orang memilih berdiri di sisi Hamas, meski dunia punya seribu alasan untuk membenci mereka.
- Benteng Terakhir Palestina
Tanpa Hamas, Gaza bisa jatuh total ke tangan Israel hanya dalam hitungan hari. Bahkan bisa menghapus peta Palestina, ya logikanya wilayahnya dicaplok total oleh penjajah dan sang penjajah lebih berhak untuk menduduki wilayah tersebut
- Perlawanan Nyata, Bukan Sekadar Pidato
Banyak pemimpin Arab (termasuk Arab Saudi, negara yang memiliki dua kota suci Makkah dan Madinah) hanya mengutuk di podium. Hamas turun ke medan perang
- Stigma dan Labelisasi "Teroris" Adalah Propaganda Jahat!
Julukan itu membungkam simpati dunia dan membenarkan segala tindakan Genosida dan kekejaman yang dilakukan Zionis israel terhadap rakyat Palestina. Ironisnya, bahkan sebagian tokoh agama bahkan hampir mayoritas masyarakat Indonesia berpegang dan termakan pada propaganda ini
- Perjanjian Damai sebenarnya Hanya Jebakan Batman
Kesepakatan Oslo yang terjadi pada 1993 antara Perdana Menteri Israel, Yizthak Rabin dengan Pemimpin Palestina, Yasser Arafat serta dimediatori oleh Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton hanya memberi Israel waktu memperluas penjajahan
- Lahir dari Rahim Palestina
Bukan pasukan sewaan, mereka anak-anak Gaza yang tumbuh di bawah blokade
- Penjaga Identitas Palestina
Sejarah, budaya, dan simbol Islam di Palestina tetap hidup dan melekat karena mereka
- Musuh Yang Membuat Israel Takut
Bahkan teknologi militer canggih tak mampu membuat Hamas menyerah, mereka akan semakin tidak gentar dalam melindungi tanah Palestina dari cengkraman penjajah
- Menolak Tunduk pada Barat
Bahkan mereka tidak bisa dibeli dengan berapapun uang, dollar ataupun riyal. Mereka tidakkan takut dengan segala sanksi yang menghantuinya
- Menghalangi Ambisi "Israel Raya"
Perlawanan mereka memperlambat dan menghalangi ambisi Israel menguasai seluruh tanah Arab demi mewujudkan "Israel Raya"
- Membela Rakyat, Bukan Memburunya apalagi Menyakiti
Berbeda dengan Fatah dan Otoritas Palestina (Pemerintahan yang sah di Palestina) yang bekerja sama dengan Israel dibalik layar menangkap pejuang
- Hak yang Sah di Mata Hukum Internasional
Selama ada penjajahan, perlawanan bersenjata adalah legal menurut hukum Internasional
- Inspirasi Perlawanan Dunia
Dari Asia (termasuk Indonesia), Afrika, Eropa, bahkan hingga Amerika Latin sekalipun, mereka adalah simbol perjuangan rakyat dan anti-penjajahan
- Pengorbanan Nyata dan Jelas
Pemimpin Hamas berada di garis depan, bukan di hotel mewah seperti yang diframingkan dan dipropagandakan oleh media-media barat dan mirisnya, negara-negara Arab juga ikut melakukan hal demikian
- Menolak Menggadaikan Tanah
Setiap jengkal Palestina adalah amanah yang tak bisa dijual, bahkan dibeli dengan berapapun dollar, dirham dan riyal!
- Menjaga Harga Diri Umat Islam
Kehormatan lebih berharga daripada hidup nyaman di bawah penjajahan
- Memaksa Dunia Melihat Gaza
Tanpa perlawanan, penderitaan rakyat Palestina akan terkubur di media-media global
- Bukti Penjajah Bisa Dilawan
Setiap serangan balasan mengguncang mitos “superioritas” Israel
- Bertahan di Bawah Blokade Brutal
Selama 17 tahun terkurung, tapi tetap mampu melawan tak gentar
- Garda Terdepan Pelindung Masjid Al-Aqsa
Serangan mereka sering dipicu ancaman terhadap Al-Aqsa (masjid suci ketiga setelah Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah)
- Garis Pertahanan Terakhir
Tanpa Hamas, Palestina berisiko lenyap dari peta dunia bahkan Dunia tidak akan mengenali Palestina sama sekali
Dan pada akhirnya, sejarah tidak menulis kisah berdasarkan siapa yang punya senjata paling canggih, atau siapa yang punya gedung tertinggi di ibukota mewah. Sejarah mengingat siapa yang berdiri saat semua orang memilih duduk. Hamas mungkin dibenci, dicap, bahkan dikejar untuk dihancurkan. Tapi satu hal yang tak bisa dihapus: di saat dunia sibuk mencari alasan untuk diam, mereka memilih satu alasan untuk tetap melawan.
Di luar sana, banyak yang mengaku peduli Palestina. Tapi di Gaza, ada yang benar-benar melakukannya—meski dengan risiko mati setiap hari. Dan jika suatu hari Palestina hilang dari peta, jangan salahkan siapa pun… kecuali kita yang hanya berdoa tanpa bertindak, dan mereka yang hanya berpidato tanpa berperang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI