Namun, saya harus jujur mengakui: saya pun masih dalam perjalanan. Saya masih sering jatuh dan terjebak dalam godaan dunia digital. Walaupun saya beralasan hanya untuk mencari berita, membalas pesan WhatsApp, mengirim tugas sekolah, atau mengurus administrasi kerja, tetap saja ada saat-saat ketika gadget mencuri perhatian saya dari hal-hal yang lebih penting di depan mata.
Ada kalanya saya kalah oleh rasa lelah, membiarkan anak bermain gadget lebih lama demi mendapatkan sedikit waktu tenang. Ada kalanya saya terlalu sibuk membalas email hingga lupa mendengar cerita sederhana anak tentang harinya.
Saya belajar bahwa kesadaran itu perlu terus diperbarui setiap hari. Bahwa mendidik karakter itu bukan soal sudah atau belum berhasil, tetapi soal terus berusaha hadir dan konsisten.
Mari Kita Mulai, Dari Rumah
Jika ada satu hal nyata yang bisa kita lakukan hari ini, mari kita mulai dari rumah. Dari ruang makan, dari kamar tidur, dari ruang tamu---dari waktu-waktu kecil yang sering luput.
Mari kita mulai dari diri sendiri karena anak-anak belajar lebih cepat dari teladan dibanding dari perintah. Mari kita hadir sepenuhnya: dengan tatapan mata, pelukan, percakapan, tawa bersama, bahkan dalam diam yang nyaman.
Mari kita hentikan sejenak notifikasi, tutup layar, dan buka hati. Dengarkan cerita mereka, meski kadang hanya tentang tugas sekolah, tentang teman baru, atau tentang hal-hal kecil yang mungkin bagi kita terasa sepele tetapi bagi mereka, itu adalah dunia mereka.
Karena sesungguhnya, pendidikan karakter tidak dibangun dari ceramah panjang atau hukuman keras. Ia lahir dari kehadiran yang konsisten, dari kasih sayang yang nyata, dari relasi yang tumbuh di tengah keterbatasan dan kebersamaan.
Dunia Digital Sudah Terlalu Dekat
Tidak ada tombol "kembali ke masa lalu" yang bisa kita tekan. Dunia digital kini telah menyatu dengan hidup kita, mengalir dalam setiap detik yang kita jalani.
Namun, selalu ada jalan untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri anak-anak kita. Jalan itu dimulai dari satu langkah sederhana: hadir sepenuhnya.
Mendampingi anak-anak di era digital bukan hanya sekadar melindungi mereka dari bahaya dunia maya. Itu juga tentang memberi mereka bekalkarakter yang kokoh, hati yang penuh kasih, dan pikiran yang jernih agar mereka kelak bisa berdiri tegak, menghadapi tantangan dunia dengan percaya diri.