Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Dia Cawapres Pendamping Jokowi

3 April 2018   13:53 Diperbarui: 4 April 2018   04:19 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.sindonews.com

Usia pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla sudah berlangsung lebih kurang 3,5 tahun. Sepanjang waktu itu beragam pro-kontra menghiasi timeline status dan obrolan warganet di medsos. Bagi pendukung Jokowi garis keras (Jokowers) tentu puja puji terhadapnya menghiasi laman status mereka. Sebaliknya, bagi pengkritiknya, Jokowi nyaris tanpa prestasi. Nyari kerja susah, hidup semakin sulit, harga-harga kian naik, biaya hidup semakin mahal. Bagi mereka, saat ini adalah masa-masa suram kehidupan.

(Timses) Jokowi, tentu mulai berhitung. Perhelatan Pilpres 2019 semakin dekat. Mereka tak ingin Si kemeja putih dengan lengan baju tergulung, berakhir tahun depan. Agar keberlanjutan pemerintahan Jokowi ini tetap lestari hingga 2024, segala upaya dan daya dikerahkan. Salah satunya adalah menggodok siapa kira-kira figur potensial yang akan mengatrol elektabilitas Jokowi yang stagnan di posisi rata-rata 40 persen itu.

Ini artinya, Jokowi tak se-aman presiden SBY manakala akan berlanjut ke term kedua kepemimpinannya. Sewaktu zaman SBY, seluruh lembaga polling berani bertaruh bahwa SBY akan lanjut untuk periode kedua. Bahkan ada lelucon kala itu, bahwa bila dipasangkan dengan sandal jepit pun, SBY akan menang.

Masa pendaftaran pasangan Capres dan Cawapres 2019 -- 2024 telah ditentukan, yakni pada tanggal 04 hingga 10 Agustus 2018. Dalam kalender milik para politisi, rentang waktu itu diibaratkan seperti perokok menghabiskan sebungkus rokoknya, sangat singkat! Agar Jokowi 'aman', tentu harus dicari siapa figure yang cocok bersanding dengannya. Jangan sampai Jokowi yang bertubuh kurus, dipasangkan dengan orang yang 'kurus' pula. Tentu pasangannya harus bertubuh 'atletis'. Ada beberapa patokan yang wajib diperhatikan oleh kubu petahana dalam memilih Cawapres untuk jagoannya.

Pertama; Figur itu kalau bisa seorang militer, mengingat rival berat Jokowi, yakni Prabowo adalah seorang militer handal, bekas Panglima Kostrad bintang 3.

Selama ini, diakui atau tidak, Jokowi dikesankan oleh para pengkritiknya sebagai presiden terlemah sepanjang Republik ini berdiri. Suka tidak suka, sebagian publik memandang Jokowi hanya sebatas 'petugas' dan kepanjangan dari para elite partai-partai pengusungnya. Kehadiran figur militer diharapkan dapat mengimbangi dan memberikan warna ketegasan dan keberanian dalam pemerintahan Jokowi nantinya.

Kedua: Figur tersebut harus dekat dengan kalangan umat Islam. Islam friendly! Sebagian umat Islam menilai bahwa pada kepemimpinan Jokowi saat ini, kental dengan nuansa Islam Phobia, sangat tidak bersahabat dengan kalangan Islam, utamanya kekuatan Islam yang tergabung dalam poros 212. Untuk merangkul potensi umat Islam itu, maka figur yang bersahabat dengan umat Islam wajib menjadi pertimbangan utama.

Ketiga; Figur itu harus independent dan bisa diterima seluruh anggota mitra partai koalisi. Artinya, ia bukanlah pentolan atau pimpinan dari salah satu partai politik. Sebab, pemilihan presiden berbarengan dengan pemilihan anggota legislatif (DPR RI). Bila sang wakil berasal dari partai hijau misalnya, maka partai hijau otomatis akan terkerek perolehan suaranya. 

Ini tentu akan dihindari oleh partai kuning, partai ungu, partai Ijo, ataupun partai merah, dimana partai mereka mungkin hanya akan dapat ampasnya saja. Oleh karenanya, Cawapres yang akan dipilih tentu figur yang netral, yang bebas dari bendera partai mitra koalisi. Jadi sangat kecil kemungkinan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan/atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), misalnya, bersanding dengan Jokowi.

Dari ketiga parameter diatas, tanpa bermaksud mengecilkan para kandidat potensial lainnya yang menghiasi belantara survey, seperti AHY; Cak Imin; Zulkifli Hasan; dan elite pimpinan partai lainnya, tampaknya yang paling besar peluangnya untuk mendampingi Jokowi adalah Jenderal (purn) Gator Nurmantyo.

 Di peringkat kedua, akan menyodok Tuan Guru Bajang (TGB). Itupun dengan satu syarat, bila keduanya berkenan bersanding dengannya. Bila sampai salah satu dari keduanya menjadi pasangan Jokowi, maka kekuatan penantang Jokowi harus berpikir lebih keras, sekeras baja. Tidur meraka pun akan makin berkurang, malam demi malam, memikirkan siapa figur yang kira-kira pas disiapkan untuk menghadapi jagoan dari PDI-P Cs ini.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun