Mohon tunggu...
Rachmanda Fikri
Rachmanda Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang memiliki minat tinggi dalam dunia bahasa, pendidikan, literatur, olahraga, kebugaran, dan gaya hidup sehat. Aktif berbagi wawasan tentang keseimbangan antara akademik, kesehatan, dan hobi, serta berkomitmen untuk menginspirasi pembaca menuju kehidupan yang lebih bugar dan produktif. Mari berdiskusi dan bertukar pikiran!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menelusuri Bunyi Pembeda: Kajian Terkini Tentang Teori Fitur Distingtif dan fonemis dalam Kosakata

13 Mei 2025   18:30 Diperbarui: 13 Mei 2025   15:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa bukan hanya kumpulan kata, tapi juga arsitektur bunyi yang saling terhubung. Di balik setiap kata yang kita ucapkan, tersembunyi sistem kompleks yang mengatur bagaimana bunyi dibentuk, dibedakan, dan dimaknai. Dua konsep utama yang menjadi pilar dalam analisis ini adalah teori fitur distingtif (distinctive features) dan fonemis (phonemes).

Kini, perkembangan linguistik modern telah membawa kajian ini ke tingkat yang lebih canggih, melibatkan bidang linguistik komputasional, pengolahan bahasa alami (NLP), hingga pengajaran lintas bahasa. Artikel ini menyajikan ulasan mendalam tentang bagaimana teori fonemis dan fitur distingtif digunakan dalam kajian kosakata mutakhir.

1. Apa Itu Fonemis dan Fitur Distingtif?

Fonem adalah satuan bunyi terkecil dalam bahasa yang mampu membedakan makna kata. Misalnya:

  • /b/ dan /p/ dalam kata "batu" dan "patu" menghasilkan makna yang berbeda.

Namun, untuk memahami perbedaan ini secara lebih rinci, fonem dianalisis melalui fitur distingtif, yaitu serangkaian karakteristik fonetik seperti:

  • Voiced (bersuara) vs voiceless (tak bersuara)

  • Nasal vs oral

  • Frikatif vs plosif

Contoh: /b/ memiliki fitur [voiced, bilabial, plosive], sedangkan /p/ adalah [voiceless, bilabial, plosive]. Perbedaan satu fitur---voicing---cukup untuk mengubah makna.

2. Fungsi Pembeda Bunyi dalam Kosakata

Dalam kajian kontemporer, para ahli linguistik seperti Surendran & Niyogi (2003) mengenalkan istilah "functional load" atau beban fungsional fonem. Konsep ini menjelaskan:


Seberapa besar suatu kontras bunyi berperan dalam membedakan kata-kata dalam suatu bahasa?


Jika suatu fonem memiliki functional load tinggi, maka perubahan atau hilangnya fonem itu bisa sangat mengganggu pemahaman kosakata.

Contoh:

  • Dalam bahasa Inggris, kontras /p/ dan /b/ penting (pat vs bat), sehingga memiliki beban fungsional tinggi.

  • Dalam bahasa lain, kontras yang sama bisa jadi tidak signifikan.

3. Relevansi dalam Kajian Lintas Bahasa dan NLP

Di era globalisasi dan digitalisasi, analisis fonemis kini digunakan dalam:

  • Pemrosesan bahasa alami (NLP)

  • Transfer pembelajaran lintas bahasa

  • Sistem pengenalan ucapan otomatis (ASR)

Penelitian terbaru (Jung et al., 2024) menunjukkan bahwa representasi fonemis membantu sistem komputer mengenali dan menerjemahkan kosakata dari satu bahasa ke bahasa lain, terutama dalam bahasa dengan sumber data rendah. Pendekatan ini mengandalkan kemiripan fitur bunyi antarbahasa untuk memperkaya akurasi sistem.

4. Fonotaktik, Kompleksitas Bunyi, dan Struktur Kosakata

Kajian oleh Pimentel et al. (2020) menambahkan dimensi baru dengan mengukur kompleksitas fonotaktik---aturan kombinasi bunyi dalam kata. Mereka menemukan korelasi menarik:

Bahasa dengan struktur fonotaktik lebih kompleks cenderung memiliki kata yang lebih pendek.

Hal ini mengungkap bahwa struktur bunyi tidak hanya membedakan kata, tapi juga memengaruhi panjang dan bentuk kosakata dalam suatu bahasa.

5. Aplikasi dalam Bahasa Melayu dan Indonesia

Dalam konteks lokal, teori fonemis juga sangat penting. Contoh sederhana:

  • Kata "batu" vs "patu" menunjukkan kontras fonem /b/ dan /p/

  • Dalam Bahasa Melayu, fonem vokal /e/ dan // pada kata seperti "besar" dan "beser" memiliki potensi makna berbeda

Selain itu, alofon---variasi bunyi fonem yang tidak membedakan makna---juga memainkan peran penting dalam pengajaran pelafalan dan pembakuan ejaan.

Kesimpulan: Bunyi Tak Pernah Sederhana

Kajian terkini membuktikan bahwa teori fonemis dan fitur distingtif bukan sekadar teori klasik dalam fonologi, melainkan fondasi bagi berbagai kajian lanjutan yang menyentuh banyak bidang: teknologi, pendidikan, bahkan kebijakan bahasa.

Memahami peran bunyi dalam membentuk makna kosakata membantu kita:

  • Merancang materi pembelajaran bahasa yang lebih tepat sasaran

  • Membangun sistem teknologi bahasa yang lebih cerdas

  • Menjaga keberagaman dan kekayaan bahasa lokal

Karena setiap kata dimulai dari bunyi, dan setiap bunyi punya alasan kenapa ia ada.


Referensi (bisa ditambahkan di akhir artikel atau kutip langsung):

  • Surendran, D., & Niyogi, P. (2003). Measuring the functional load of phonological contrasts.

  • Jung et al. (2024). Phonemic representations in multilingual transfer learning.

  • Pimentel et al. (2020). Phonotactic complexity and word length correlation.

  • Kong et al. (2016). Distinctive feature distance in ASR evaluation.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun