5.Kemandirian Energi & Penghematan Devisa: Mengembangkan geothermal berarti memakai sumber energi domestik sehingga mengurangi impor BBM atau LPG untuk pembangkit. Indonesia bisa menghemat devisa miliaran dolar yang selama ini untuk impor bahan bakar fosil. Selain itu, harga listrik geothermal cenderung stabil jangka panjang (karena "bahan bakarnya" panas bumi tidak diperdagangkan seperti minyak/gas), berbeda dengan fosil yang harga pasarnya fluktuatif. Dengan demikian, ketergantungan pada volatilitas harga energi global berkurang -- penting bagi ekonomi nasional.
Tentu, untuk meraih semua manfaat di atas, investasi awal yang besar harus dihadapi. Tetapi kalkulasi jangka panjang menunjukkan keuntungan sosial-ekonomi-lingkungan yang jauh lebih tinggi. Panas bumi adalah warisan alam Indonesia; bila dikelola dengan bijak, ia bisa menjadi berkah bagi generasi kini dan mendatang.
Membangunkan Raksasa "Emas Energi" Nusantara
Indonesia benar-benar "tidur di atas emas energi" panas bumi. Potensi yang dimiliki luar biasa, diakui dunia sebagai yang terbesar. Selama ini raksasa geothermal kita masih terlelap, baru sebagian kecil kekuatannya dimanfaatkan. Namun tanda-tanda kebangkitan itu ada: kapasitas terpasang terus naik, kebijakan pemerintah semakin mendukung, dan ambisi menjadi raja panas bumi dunia telah dicanangkan.
Untuk mencapai predikat tersebut, pekerjaan rumahnya tidak ringan. Harus ada percepatan signifikan: investasi besar-besaran, penyelesaian hambatan regulasi, peningkatan SDM dan teknologi, serta kolaborasi erat antara pemerintah pusat-daerah, BUMN-swasta, dan komunitas lokal. Perbandingan dengan negara lain menunjukkan bahwa konsistensi kebijakan dan kemauan politik adalah kunci  di samping tentu memanfaatkan kekayaan alam yang ada.
Jika Indonesia berhasil "membangunkan" raksasa geothermal ini, manfaatnya akan kembali kepada kita sendiri: listrik melimpah yang bersih dan stabil, udara lebih segar, ekonomi daerah tumbuh, dan posisi tawar Indonesia di kancah energi global meningkat. Dunia pun akan melihat Indonesia bukan lagi sekadar negeri ring of fire, tapi benar-benar Raja Panas Bumi yang memimpin transisi energi hijau. Sudah saatnya kita berhenti sekadar tidur di atas emas, dan mulai menggali serta memanfaatkan emas energi ini demi kemakmuran bangsa dan kelestarian bumi.
Tentang Penulis:
Rachid Libourki adalah mahasiswa asal Maroko yang saat ini sedang menyelesaikan studi sarjana di Universitas Negeri Malang. Ia memiliki latar belakang diploma energi terbarukan dan pengalaman di proyek tenaga surya dan angin. Aktif menulis isu lingkungan, energi hijau, dan inovasi teknologi berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI