Mohon tunggu...
rachelia
rachelia Mohon Tunggu... mahasiswa

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ekonomi Indonesia 2025 : Membangun SDM Unggul untuk Pertumbuhan yang Merata

30 September 2025   14:26 Diperbarui: 30 September 2025   14:26 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Ekonomi Indonesia di Tahun 2025: Tantangan, Peluang, dan ProyeksiPojokjakarta.com

Tahun 2025 menjadi awal yang strategis dalam perjalanan ekonomi Indonesia pasca-pandemi dan di tengah transisi menuju masyarakat digital. Sejumlah indikator makroekonomi menunjukkan tren yang menjanjikan: pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan mencapai 5,0--5,4 persen, inflasi terkendali di bawah 3,5 persen, dan cadangan devisa cukup kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Investasi pun menunjukkan arah positif, khususnya di sektor energi hijau, manufaktur, serta transformasi digital. Namun, di balik optimisme ini, masih membayangi pertanyaan penting: apakah pertumbuhan ini akan benar-benar inklusif dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat? Jawabannya sangat bergantung pada satu faktor utama: kualitas sumber daya manusia (SDM). Tanpa SDM yang unggul, semua potensi ekonomi tersebut hanya akan menjadi angka statistik yang tidak menyentuh kehidupan nyata rakyat Indonesia, terutama mereka yang berada di daerah terpencil dan kelompok berpendidikan rendah.


Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif tidak dapat dilepaskan dari kualitas SDM yang terlibat di dalamnya. Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, tenaga kerja Indonesia dituntut untuk mampu beradaptasi dan terus berinovasi. Sayangnya, banyak sektor yang kekurangan tenaga kerja terampil dengan keahlian spesifik seperti pengelolaan data, coding, keamanan siber, serta manajemen rantai pasok berbasis teknologi. Ketika investasi asing dan domestik masuk ke sektor sektor tersebut, Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja berkualitas. Akibatnya, kita berisiko hanya menjadi pasar dan bukan pemain utama dalam perekonomian digital global. Karena itu, peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan industri, serta sinergi antara perguruan tinggi dan dunia usaha menjadi sangat mendesak. SDM unggul bukan sekadar bonus demografi, melainkan fondasi utama agar pertumbuhan ekonomi benar-benar dapat mendorong kesejahteraan masyarakat.


Pertumbuhan sektor e-commerce di Indonesia menjadi contoh konkret bagaimana potensi ekonomi bisa hilang jika tidak didukung oleh SDM yang mumpuni. Di tahun 2024, nilai transaksi daring mencapai lebih dari Rp600 triliun dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2025. Namun, masih banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang belum mampu mengoptimalkan peluang ini akibat rendahnya literasi digital dan keterampilan teknologi. Banyak dari mereka masih kesulitan memasarkan produk secara daring, mengelola inventori secara digital, atau memahami algoritma pemasaran platform e-commerce. Jika tidak ada intervensi dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, pelaku UMKM hanya akan tertinggal dan akhirnya tergerus oleh persaingan pasar digital yang semakin ketat. Maka, peningkatan kapasitas SDM bukan hanya sebuah opsi, melainkan kebutuhan mendesak jika Indonesia ingin menciptakan ekonomi digital yang inklusif dan merata.


Salah satu tantangan besar dalam pembangunan SDM Indonesia adalah ketimpangan digital antara perkotaan dan pedesaan. Di kota-kota besar, layanan internet cepat, platform digital, dan akses pelatihan teknologi sudah relatif mudah. Sebaliknya, di banyak daerah pedesaan, jaringan internet masih lemah dan literasi digital masyarakat masih rendah. Padahal, desa menyimpan potensi ekonomi luar biasa dalam bidang pertanian, pariwisata lokal, dan kerajinan tradisional. Jika petani atau pengrajin desa diberikan pelatihan teknologi dan akses platform digital, mereka bisa menjual produknya langsung ke pasar nasional atau bahkan internasional, tanpa harus melalui tengkulak. Ini berarti peningkatan pendapatan sekaligus pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan SDM di desa harus menjadi prioritas dalam strategi ekonomi 2025. Tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur digital; yang lebih penting adalah membangun manusianya agar siap memanfaatkan peluang digital secara optimal.


Pembangunan fisik seperti jalan tol, jaringan listrik, dan internet desa memang penting, tetapi harus dibarengi dengan pembangunan kapasitas manusia. Kita sering terjebak dalam euforia pembangunan infrastruktur tanpa menyadari bahwa manusia adalah aktor utama penggerak ekonomi. Jalan tol yang megah hanya akan menjadi jalur perlintasan jika masyarakat sekitarnya tidak memiliki keterampilan untuk memanfaatkan akses tersebut untuk membuka usaha logistik, kuliner, pariwisata, atau perdagangan. Sebaliknya, ketika masyarakat dibekali dengan keterampilan kewirausahaan dan teknologi, maka infrastruktur akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi lokal. Oleh karena itu, fokus pada pembangunan SDM adalah investasi jangka panjang yang tidak boleh diabaikan. Pemerintah pusat dan daerah harus mengintegrasikan program pendidikan vokasi, pelatihan kerja, dan pemberdayaan masyarakat dalam setiap proyek pembangunan infrastruktur agar manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal oleh masyarakat.


Sayangnya, kualitas SDM Indonesia masih menjadi tantangan besar. Data BPS tahun 2024 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia hanya sekitar 9,5 tahun---setara dengan tingkat pendidikan SMP. Sebagian besar penduduk belum menyelesaikan jenjang pendidikan SMA atau sederajat. Lebih dari itu, hasil survei PISA menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam hal kemampuan literasi, matematika, dan sains dibandingkan dengan negara-negara OECD. Sementara itu, dunia industri semakin membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan menguasai teknologi. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, Indonesia berisiko mengalami skill mismatch, yaitu ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia. Hal ini tidak hanya menurunkan produktivitas, tetapi juga menghambat laju investasi karena pelaku usaha kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan standar industri global.


Mengatasi persoalan SDM memerlukan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Dunia pendidikan harus melakukan reformasi kurikulum agar lebih responsif terhadap kebutuhan industri. Perguruan tinggi dan lembaga pelatihan harus memperkuat kerja sama dengan sektor swasta untuk memastikan lulusan mereka memiliki kompetensi yang relevan. Di sisi lain, pelaku industri harus aktif berinvestasi dalam pengembangan keterampilan karyawan, termasuk dengan menyediakan program upskilling dan reskilling secara berkelanjutan. Masyarakat sendiri juga harus didorong untuk memiliki semangat belajar sepanjang hayat, karena era digital menuntut pembaruan pengetahuan secara terus-menerus. Jika semua elemen ini bisa berjalan sinergis, Indonesia bukan hanya akan memiliki tenaga kerja yang kompeten, tetapi juga ekosistem ekonomi yang adaptif dan inovatif. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tidak hanya tinggi secara angka, tetapi juga kuat secara kualitas dan merata secara pemerataan.

Momentum positif ekonomi Indonesia di tahun 2025 harus dimanfaatkan untuk melakukan lompatan besar dalam pengembangan SDM. Jika selama ini kita hanya mengejar pertumbuhan angka, maka saatnya kini kita mengejar pertumbuhan kualitas. Indonesia tidak hanya butuh ekonomi yang besar, tetapi juga ekonomi yang adil dan merata. Untuk mewujudkannya, kita memerlukan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, terampil, dan berdaya saing tinggi. Pemerintah, dunia usaha, institusi pendidikan, dan masyarakat harus bahu membahu membangun ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan dan inklusif. Hanya dengan SDM unggul, Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menjadi kekuatan ekonomi baru di kawasan Asia bahkan dunia. Dengan memprioritaskan pembangunan manusia, kita tidak hanya membangun ekonomi, tetapi juga membangun masa depan bangsa yang bermartabat, sejahtera, dan berdaya saing global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun