(Ramadhani Zifa Pramesthi / 191221029)-Komunikasi Kesehatan Masyarakat Unair
Para wanita di Gaza, Palestina memilih untuk menelan obat penunda menstruasi akibat agresi berupa bombardir dari Israel sejak 7 Oktober lalu. Obat tersebut adalah tablet Norethisterone. Berdasarkan penjelasan dr. Boy Abidin, obat penunda menstruasi memiliki kandungan progesteron. Konsumsi dalam dosis yang tepat mampu mencegah peluruhan dinding rahim. Konsumsi obat ini dipilih para wanita di Gaza salah satu penyebabnya karena tidak dapat membersihkan diri ketika menstruasi. Ini terjadi akibat pasokan listrik telah diputus oleh Israel sehingga mesin pompa dan depot penyedia air tidak bisa beroperasi secara normal.Â
Bisa dibayangkan normalnya berapa liter air yang kita gunakan untuk mandi, mencuci, minum, hingga memasak. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), setidaknya tersedia antara 50 hingga 100 liter air per orang per hari untuk mencukupi kebutuhan dasar tersebut. Padahal ketika menstruasi biasanya wanita membutuhkan lebih banyak air untuk membersihkan area kewanitaan. Kebersihan area kewanitaan yang tidak terjaga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada vagina, peradangan vulva dan vagina, serta gangguan kesehatan lainnya.Â
Agar semua kemungkinan buruk tidak terjadi, akar masalah terkait minimnya air bersih harus segera diatasi. Melansir dari detikNews, PBB mengatakan telah mengirim bantuan kemanusiaan berupa pasokan medis, makanan dan air saat gencatan senjata Israel dengan Hamas 28 November lalu. Namun, PBB harus mengoptimalkan advokasi agar pasokan air bisa dipulihkan kembali. Bagaimana pun, tindakan memutus pasokan air dan menyerang rumah penduduk dalam perang sangat tidak berkemanusiaan. PBB melalui turunannya UNICEF, harus aktif membela hak anak-anak dan wanita di Gaza. Wanita harus dilindungi dan obat penunda menstruasi bukan untuk makanan sehari-hari. Â #UNAIRÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI