Mohon tunggu...
R. Machtumah Malayati
R. Machtumah Malayati Mohon Tunggu... -

Mencintai Jombang Kota Santri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Radio Berteknologi Team Viewer untuk Siaga Bencana

5 Juli 2017   02:53 Diperbarui: 5 Juli 2017   03:18 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingatkah ketika terjadi tragedi tenggelamnya kapal laut di tahun 1909 yang hampir menewaskan seluruh penumpang? Akan tetapi tragedi itu terselamatkan berkat radio. Radio yang awalnya cenderung diremehkan dan hanya digunakan sebagai alat teknologi transmisi, pada akhirnya menjadi alat penyelamat seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan hampir menenggelamkan seluruh penumpang. Hal ini karena radio merupakan medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat.

Pasca kejadian tersebut, radio memang menjadi medium primadona. Akan tetapi, pada perkembangan sampai hari ini radio semakin tersisihkan atau terpinggirkan. Konsekuensi perkembangan teknologi informasi dengan divergensi media yang serba canggih membuat radio hidup di beberapa kantong-kantong masyarakat saja. Meski begitu, radio tidak sirna. Masih ada pendengar-pendengar loyal yang senantiasa menjadikan radio sebagai sarana menambah wawasan (edukatif), hiburan (entertaining), informasi (informatif), bahkan radio juga masih menjadi sarana kegiatan ekonomi (ekonomis).

Peran radio kembali menjadi vital di era ini. Utamanya pasca Tsunami Aceh tahun 2004, yang  kemudian membangkitkan kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara yang rentan resiko bencana. Dari catatan BBC, Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana. Catatan tersebut berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). 

Ancaman bencana mulai dari bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi, gempa dan banjir. Sudah banyak disaksikan berbagai macam bencana terjadi di Indonesia, dan tidak sedikit berdampak kerugian, baik itu materi hingga resiko merenggut nyawa. Seperti baru-baru ini terjadinya tanah longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran Ponorogo, April 2017. 

Selain longsor dan banjir, dalam data UN-ISDR tersebut juga disebutkan bahwa ancaman tsunami memang merupakan ancaman yang paling mengkhawatirkan. Mengapa Indonesia menjadi negara rawan bencana tsunami? Hal ini karena secara geografis, Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Dengan posisi geografis seperti itu, Indonesia memang tidak bisa mengelak dari bahaya bencana.

Menyadari kenyataan ini, hal yang bisa dilakukan adalah berusaha hidup berdamping secara harmonis dengan bencana, dan berupaya untuk memperkecil dampak. Membangun budaya sadar bencana sangatlah penting. Dan untuk membangun sebuah budaya tidaklah mudah. Membangun sebuah budaya harus dimulai dengan menumbuhkan kesadaran pada manusia-nya. Mulai dari memberikan wawasan dan informasi, menemukan nilai-nilai, pandangan-pandangan, perilaku---perilaku, hingga menjadikannya sebagai kebiasaan. Melalui kesadaran tersebut diharapkan bisa menumbuhkan harmonisasi dalam hidup berdampingan dengan bencana. Sehingga tahu kapan dan dimana bencana datang dan apa yang harus dilakukan.

Radio terbukti mampu menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat. Radionya yang hanya  berbekal suara menjadi sarana sosialisasi yang lebih mudah untuk menyampaikan gagasan dan informasi kebencanaan dibandingkan dengan televisi. Selain sifatnya yang auditif, radio juga dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan listrik dan proses penyiarannya (prosuksi siarannya) singkat dan berbiaya murah. Sifat radio yang personal dan mampu membangun kedekatan penyiar- pendengar atau pendengar-pendengan bisa menjadi sarana pertukaran informasi yang baik, berupa pandangan-pandangan, curahan perasaan, hingga tips-tips yang bisa dilakukan untuk menghadapi bencana.

Kita tidak akan tahu kapan dan dimana datangnya bencana. Untuk itulah, pengetahuan tentang tanda-tanda datangnya bencana sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Memberikan sosialisasi seputar bahaya bencana kemudian menjadi penting. Sekarang ini, media massa lebih banyak menyorot perkembangan politik negeri ini. sehingga membuat kita alpa, bahwa bencana alam masih menjadi siklus tahunan yang juga membutuhkan perhatian. Dengan sarana seperti ini, radio bisa menjadi media yang efektif dalam menumbuhkan budaya sadar bencana. Pada akhirnya kita akan menjadi manusia yang tidak menyerah dengan keadaan, akan tetapi siap menghadapi ancaman-ancaman bencana dengan solusi-solusi.

Memanfaatkan Team Viewer

Mengoperasionalkan radio memang lebih sederhana dan berbiaya murah dibandingkan media lain seperti media massa cetak atau televisi. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, pengguna radio juga semakin menyempit. Dalam perkembangannya radio juga bisa memanfaatkan teknologi yang ada untuk memperluas jangkauan siarnya, seperti pemanfaatan radio streaming yang bisa menjangkau banyak pendengar, bahkan hingga lintas benua, dengan syarat ada koneksi internetnya.

Selain itu, untuk mempermudah kerja radio -utamanya dalam membangun budaya sadar bencana- bisa menggunakan teknologi team viewer. Apakah team-viewer itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun