Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Where there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Presiden atas Dasar Fomo Sosial Media demi Kepentingan Pribadi

28 Maret 2024   09:51 Diperbarui: 28 Maret 2024   09:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya cukup kaget dan miris melihat juga mendengar berita yang simpang siur di tv lokal mengenai pasca pemilihan capres dan cawapres tak kunjung usai, dan paling mirisnya lagi kondisi demokrasi di Negara sendiri yang sedang tidak baik-baik saja hal tersebut tergambar dari kenyataan yang sudah kita tau, namun banyak yang memilih diam, pura-pura tuli serta memilih untuk membungkam, baik bagi masyarakat yang memang sudah tau maupun yang tidak tau sekalipun.

Apa hal yang membuat saya sebagai masyarakat desa di Indonesia ini yang menjadi lebih miris lagi dan malu atas kejadian akhir-akhir ini?

hal yang membuat saya menjadi tambah miris dan malu ialah disaat ada berita luar negeri yang justru di tayangan berita mereka juga membahas kondisi demokrasi saat ini, iya memang itu benar setelah sebelumnya sudah pernah dijadikan bahan lelucon atau joke oleh para komedian mereka. Haruskah kita marah, senang atau malah sedih atas hal tersebut? tentunya, jika saya pribadi berkata dari hati paling dalam malah sedih dan miris tapi berbeda lagi jika negara kita terkenal karena hal positif sehingga membuat negara dan isinya bisa berbangga diri akan hal tersebut. 

Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat indonesia masih tergolong rendah berbeda dengan negara sebelah, dan masyarakat Indonesia juga merupakan salahsatu Negara dengan tigkat minat baca yang rendah namun menjadi pengguna sosial media tertinggi dan masuk ke dalam jajaran sepuluh negara dengan tingkat pengguna sosmed tertinggi di dunia, sehingga  wajar saja jika masyarakat di dalamnya mudah dipengaruhi oleh sosmed yang sering mereka pakai contohnya saja seperti tiktok, instagram, facebook, maupun twitter dan youtube. Dengan survey tersebut pemerintah dapat dengan mudah menjangkau masyarakat yang berada di pedalaman sekalipun untuk melakukan kampanye pemilu kemarin, dan pada akhirnya kita tau sendiri isi di dalam semua sosmed tersebut selama sebelum pemilu sudah banyak yang membuat vidio carut marut antar capres dan cawapres, para pendukung paslon 1,2, dan 3 saling membuat konten yang sebenarnya tidak ada manfaatnya dan justru lebih ke fitnah dan memfitnah, mengada-ada yang sebenarnya tidak pernah ada, yang pada akhirnya timbul perpecah belahan baik antar saudara, suku, wilayah dan sebagainya.

Sebenarnya hal tersebut sangat tidak baik dan tidak penting untuk diperdebadkan, karena hal tersebut memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kegiatan sehari-hari dalam bersosial media, contohnya saja dalam grup whattshap (WA) milik saya pribadi tiba-tiba sudah panjang lebar memperdebadkan baik antara pendukung paslon 1, 2 dan 3 semua membicarakan seakan akan apa yang mereka dukung harus dibenarkan dan diikuti oleh yang lainnya, akantetapi paling parahnya antara pendukung paslon no urut 1 dan 2, hmmm.... susah dijelaskan.

Kembali lagi kepada kondisi demokrasi yang yahhh sebenarnya kita semua sudah mengetahui kejanggalan-kejanggalannya, namun pada akhirnya banyak yang memilih untuk menyuarakan paslon tersebut. Setelah saya mengamati rata-rata orang-orang yang memilih paslon tersebut mereka berkata "karena gemoy", cukup sulit memang jika kita berusaha menjelaskan tapi SDM mereka tidak mendukung dan berkiblat atas pengaruh iklan sosmed serta pengaruh fomo dalam bersosial media termasuk dalam memilih calon presiden kita yang justru nantinya akan berdampak sangat signifikan terhadap berbagai bidang di Negara Indonesia. Namun, masyarakatnya hanya berlandaskan karena fomo dalam bersosial media, tanpa memperhatikan visi dan misi serta tujuannya terutama kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Sehingga setelah saya mengamati dengan adanya kejadian tersebut justru msyarakat desa sepertinya lebih cerdas dari masyarakat di kota terutama di daerah saya sediri, mungkin keresahan sebagai masyarakat kecil tidak akan pernah sampai ke telinga para pejabat atau para pemangku kekuasaan dalam pemerintahan di Negara ini, akantetapi apa jadinya jika masyarakat di dalam sebuah Negara demokrasi sudah tidak mempercayai pemerintahnya sendiri namun tidak pernah ada yang mau bertindak atas kemirisan yang terjadi di dalam Negerinya?

Sepertinya percuma saja jika Negara ini sudah diisi oleh para penguasa yang serakah dan tidak mematuhi peraturan dalam berdemokrasi tapi malah mengubahnya demi kepentingan pribadi sebagai tujuan utamanya, masyaraktnya hanya diperalat, di bodohi dengan konten-konten mereka-mereka yang tidak bertanggungjawab hanya karena tujuan tertentu yang pada akhirnya masnyarakat di Negeri ini terpengaruhi hanya karena vidio 1 menit atau beberapa detik saja yang tidak tau sumber dari isi vidio tersebut dari mana namun, yang jelas tujuannya untuk mempengaruhi masyarakatnya sendiri yang sebelumnya sudah melakukan survey sehingga yang mereka incar dapat tepat sararan yaitu masyarakat yang memiliki SDM rendah dan terutama pengguna sosmed di Negara ini mulai dari anak-anak hingga para lansia yang dikatakan bisa untuk mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden, dan kebanyakan atau mayoritas dari mereka itu hanya berkiblat pada sosial media saja hingga terjadilah pengaruh-pengaruh yang sebelumnya mereka lihat di sosmed kemudia beralih kepada ajakan secara langsung maupun tidak langsung tanpa memikirkan riset kebenarannya atau kesesuaiannya terlebih dahulu dan mereka hanya asal-asalan atas dasar fomo sosial media.

Walaupun demikin, saya tegaskan bahwa jika demokrasi dalam suatu negara dilakukan hanya karena tujuan pribadi tertentu maka negara tersebut akan semakin jauh dari cita-citanya (mungkin saja keinginan menjadi negara maju yang tak kunjung tercapai, namun hanya korupsi, kolusi dan nepotisme serta kesenjangan yang terjadi dimana-mana)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun