Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Where there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Nenek Desa Terpencil

17 Februari 2022   13:23 Diperbarui: 17 Februari 2022   13:28 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Entah apa yang sedang ada di pikirannya.....

Wajah yang sudah keriput dan rambut yang brewarna putih merata tanpa ada sisa rambut hitam sedikitpun, dengan sisa beberapa gigi yang masih sanggup untuk mengunyah makanan yang tidak begitu keras ia tersenyum walapun sudah tau bahwa dia tidak muda lagi, dan ia sudah sadar bahwa yang sebenarnya ia lakukan saat ini hanya menunggu kapan sang malaikat maut datang menjemputnya, tersenyum adalah cara ia agar dapat selalu bisa melawati hari demi hari agar tampak berwarna karena ia hanya hidup sebatang kara dan anak-anaknya pun sudah memiliki keluarga masing-masing dan sudah memiliki cucu. 

Sungguh tidak dapat dibayangkan umur sang nenek, meski ia hidup di salahsatu Desa terpencil namun untuk makan sehari-harinya ia tidak pernah kelaparan, karena sang nenek memiliki ladang atau kebun yang lumayan bisa menghidupi dirinya sendiri walaupun tidak seluas milik orang-orang Desa lainnya. Rumah sang nenek bagai gubuk yang sudah kurang layak huni, atap yang terbuat dari jerami, dinding dari anyaman bambu yang sudah memiliki banyak bolongan dan rumah sang nenek itu juga sedikit condong sudah tidak kokoh lagi, walaupun dengan keadaan rumah yang demikian sang nenek sudah tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya, namun dia jalani kesehariannya dengan mencari kayu dan berkebun.

Nenek tersebut selalu menunggu akan datangnya hari besar atau hari raya, karena baginya hari raya itu merupakan tempat melepas rindu kepada anak-anaknya walaupun ia sudah tau anak kandungnya sendiripun sudah tinggal satu-satunya, karena anak-anak yang lainnya sudah meninggal dunia terlebih dahulu mendahului sang nenek, adapun cucu ataupun cicit sang nenek yang sudah mulai melupakan keberadaan sang nenek, hingga tiba disuatu waktu dimana sang nenek mulai kehilangan anak kandung terakhirnya  hingga ia pun merasa sangat sedih dan sangat..... terpukul sampai sang nenek sakit dan di hari pertama ia sakit belum ada orang satupun yang mengetahuinya hingga belum ada orang yang merawatnya. 

Hingga di hari ke dua sang sakit tiba-tiba datang sosok anak perempuan seumuran anak SD kelas tiga, yang mana ia memang tetangga dekat sang nenek dan merupakan salahsatu anak dari seorang guru ngaji di Desa itu, anak perempuan itu langsung masuk ke rumah sang nenek dan memanggil-manggilnya namun tidak ada jawaban sepatah katapun dari sang nenek, hingga anak tersebut ke kamar sang nenek dan ia melihat sang nenek sudah terbaring lemas dan anak tersebut langsung menghampiri sang nenek yang terbaring dan ia mengecek keadaan sang nenek hingga dia pun kanget dan berlari keluar untuk memanggil orangtuanya.

Orangtua anak perempuan itu pun datang dan langsung membawa sang nenek untuk di periksa, tidak ada hubungan darah atau tidak ada hubungan keluarga memang antara keluarga anak perempuan tersebut dengan sang nenek tapi keluarga anak perempuan itu selalu menghampiri sang nenek, dan sering membantu dan memberi makanan kepada sang nenek, begitupun dengan anak perempuan itu yang memang sering kerumah sang nenek untuk sekedar bermain dan kadang ia ikut sang nenek untuk berkebun, dan kehidupan anak perempuan itu juga sangat sederhana layaknya keluarga Desa terpencil. 

Setelah lima hari sang nenek menjalani perawatan yang di rawat oleh keluarga anak perempuan itu, akhirnya sang nenek pun sembuh dan anak itupun senang dan sang nenek tersenyum kembali melihat betapa senangnya anak perempuan itu melihatnya, sang nenek juga sudah menganggap keluarga anak perempuan itu sebagai anaknya sendiri dan begitupun anaknya ia sudah anggap cucu baginya, hingga suatu hari tibalah di bulan Ramadhan sang nenek biasanya hanya diam dirumah pada malam hari dengan menyalakan tungku dan berasap tebal tak karuan, 

namun pada Ramadhan kali ini ia berbeda ia melihat orang-orang turun dari Musholla Desa yang baru saja selesai menunaikan sholat tarawih dan sang nenek melihat anak perempuan itu lalu memanggilnya, dan sang nenek bertanya sedang sholat apa lalu anak itupun menjawab dengan detail dan lengkap malam itu hingga sang nenek meminta anak itu untuk mengajarinya bacaan sholat lima waktu, tapi alangkah kagetnya anak perempuan itu hingga ia bertanya "jadi selama ini nenek gak pernah sholat?" , sang nenek menjawab dengan tenang dan tersenyum hingga kedua giginya terlihat dengan jelas di depan anak itu "nenek dulunya sholat, tapi nenek gak tau sejak kapan lamanya sudah nenek tiba-tiba gak sholat lagi karena lupa bacaan sama niat sholatnya nduk", anak itu lalu menjelasskan dan memberi tahu nya kembali hingga ibunya datang dan berkata "biar ibu saja yang mengajari nenek ya, dan sebentar lagi ibu kasih nenek mukenah baru agar nenek juga bisa mempraktekkan langsung sambil ibu bimbing", anak itu lalu berkata " baik ibu ".

Setelah sang nenek mendapat bimbingan sampai nenek itupun akhirnya mengingat kembali niat dan bacaan sholatnya, ia pun ikut sholat berjama'ah di musholla dan shubuh pun ia juga ikut karena sang nenek juga berpesan kepada ibu dari anak perempuan itu agar ia dibangunkan untuk sholat shubuh berjama'ah. Tibalah waktu dimana hari raya yang nenek rasakan kali ini berbeda, tidak ada anak kandungnya, cucu ataupun cicit serta sanak saudaranya yang datang mengunjunginya untuk bersiaturrahmi, namun sang nenek tetap menyiapkan masakan serta kue seadanya yang mana sebagian ia dapatkan dari orang tua anak perempuan yang sering mengunjunginya itu. Kemudian anak perempuan beserta orangtuanya itupun datang seperti biasa datangnya selalu sore seperti di hari raya sebelum-sebelumnya, 

kali ini anak perempuan itu memberikan sang nenek baju baru dengan kerudung dan berharap sang nenek akan memulai untuk menutupi aurat kepalanya, sang nenek tersenyum dan langsung memeluknya dengan mengucapkan terimakasih, kemudian orang tuanya memberinya masakan khas dari keluarganya di setiap hari raya dan juga saling maaf-maafan hingga anak perempuan itu meminta sang nenek untuk memakai baju beserta kerudungnya karena ia sangat ingin melihat sang nenek memakainya di depan kedua orangtuanya juga. 

Setelah sang nenek mengganti pakaian denga pakaian yang di berikan oleh anak itu nenek itu tersenyum dan duduk bersama di teras depan rumahnya beserta kedua orangtua anak itu, lalu nenek itu terharu menangis sambil berkata terimakasih yang sangat tulus ia ucapkan dan memeluk ibu dari anak perempuan itu dan ibu dari anak perempuan itu juga memberikan nasehat-nasehat dipelukannya hingga ia pun ikut meneteskan airmata, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun