Indonesia itu negara yang menurut gue tuh punya keunikan tersendiri. Kadang kita bisa banget merasa bangga sama negeri ini karena suasana alamnya cakep banget, budaya super kaya, sumber daya alamnya melimpah, dan banyak hal keren lainnya. Tapi di sisi lain, sering juga kita dibuat kecewa sama kelakuan sebagian orang di dalamnya. Banyak yang asal bertindak tanpa mikir panjang dulu. Banyak yang asal bertindak tanpa
Hal kayak gini bikin Indonesia kelihatan makin tertinggal, apalagi soal literasi dan kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM). Dua contoh yang lagi viral belakangan ini adalah:
- Kasus organisasi PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) yang bikin ulah di Jepang.
- Kasus M. Gian Gandana Sukma yang korupsi buat sesuatu yang very useless.
Data dari UNESCO bisa jadi tamparan yang keras banget buat kita semua. Minat baca orang Indonesia cuma 0,001---artinya, dari seribu orang, cuma satu yang beneran suka baca http://uis.unesco.org/en/news/indonesia-ranked-second-lowest-reading-interest-world . Ini bukan cuma sekadar angka. Ini bukti nyata bahwa kualitas SDM kita masih rendah banget. Dampaknya? Orang jadi gampang kemakan hoaks, gampang terprovokasi, dan berdebat buat hal-hal yang sebenernya gak penting.
Akhir Juni 2025, video lama PSHT Cabang Jepang viral lagi: nampak mereka membentangkan spanduk bertuliskan "PSHTMadiun, Persaudaraan Setia Hati" di jembatan umum Tokyo sambil berlatih silat dan jogging---aksi yang menurut netizen lokal dianggap melanggar norma ketertiban dan penggunaan ruang publik https://news.detik.com/berita/d-7408021/video-lama-viral-psht-jepang-minta-maaf-lewat-kbri . Walau KBRI Tokyo menyebut kejadian itu terjadi hampir tiga tahun lalu dan beberapa anggota bahkan sudah pulang ke Indonesia, publisitasnya di akhir Juni--pertengahan Juli 2025 bikin reputasi WNI di Jepang kena imbas. PSHT pun langsung klarifikasi lewat KBRI pada 26--27 Juni, menyampaikan permohonan maaf, berjanji akan perbaiki internal --- termasuk koordinasi izin kegiatan dan teguran bagi anggota yang bersalah. Ke depannya, mereka juga bakal lebih hatihati soal atribut, bakal ngajak kerja sama lembaga lokal dan KBRI untuk promosikan pencak silat sesuai norma Jepang, sementara Kemlu RI sudah minta PSHT Pusat di Madiun ikut awasi, supaya insiden serupa nggak terulang https://kemlu.go.id/tokyo/id/news/20710/pernyataan-kbr-i-tokyo-terkait-viral-video-kegiatan-psht-di-jepang . Konflik ini kini sudah mereda---fokusnya beralih ke tindakan preventif: izin kegiatan dan edukasi budaya untuk meluruskan citra positif WNI di Negeri Sakura.
      Kasus M.Gian Gandana Sukma alias MGS juga makin nunjukin gimana SDM kita parah soal literasi: Gian, yang viral karena klaimnya soal Sunda Empire dan sikap "sipaling berkuasa"-nya, ternyata juga tersangka korupsi dana desa Desa Cipaku (Majalengka) senilai Rp513,699,732, yang ia transfer langsung dari rekening desa ke rekening pribadinya antara Februari--Maret 2025. Uang itu dipakai buat judi online dan beli diamond di Mobile Legends, dan dia cuma ngembalikan sekitar Rp65,4 juta ke kas desa---sisanya Rp448 jutaan jadi kerugian negara. Atas kasus ini Kejari Majalengka resmi tahan MGS sejak 3 Juli 2025 selama 20 hari penahanan di Lapas Kelas IIB Majalengka https://regional.kompas.com/read/2025/07/04/15400081/kejari-tahan-mgs-kasus-korupsi-dana-desa-cipaku . Ini bukti nyata kalau minimnya literasi baca, hukum, dan digital bisa musnahkan reputasi individu dan ganggu tatanan sosial---apalagi kalau uang negara dipake buat kepentingan pribadi ala generasi yang nggak paham batasan etik!
      Dua kasus ini tuh harusnya jadi alarm bareng-bareng buat kita semua. Nggak cukup cuma bangga bilang "negara kaya budaya" atau "penduduknya banyak", tapi literasi di semua bidang harus bener-bener dikuatin. Dari kecil, anak-anak harus dibiasain buat suka baca, ngobrolin ide, dan mikir kritis. Bukan cuma hafalan doang. Terus organisasi sosial dan budaya juga jangan cuma ngajarin bangga sama logo atau seragam, tapi harus serius nge-didik anggotanya biar melek realita dan teknologi. Kalau enggak, ya siap-siap aja kita bakal terus punya generasi yang gampang kepancing isu, susah nerima kritik, dan bingung pas harus nyari solusi. Yang lebih ngeri, Indonesia bakal keliatan besar cuma dari jumlah orangnya doang---padahal dalemnya keropos.
      Minat baca yang rendah dan kualitas SDM di Indonesia tuh bukan cuma omongan di seminar doang, tapi beneran jadi masalah nyata. Kasus PSHT di Jepang sama drama M. Gian Gandana Sukma itu cuma segelintir contoh dari banyaknya masalah di sekitar kita. Stop pura-pura buta dan tuli buat masalah yang ada disekitar kita. Saatnya kita serius ngebangun budaya literasi biar Indonesia bisa naik level dan beneran jadi bangsa yang hebat dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI