Mohon tunggu...
Anastasia Diana
Anastasia Diana Mohon Tunggu...

love my hubby, love my babies, love Man Utd, love music, love movies, love books... recently love to bake...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hati-hati dengan Komik

18 Maret 2013   03:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:35 5245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naruto, Bleach, One Piece, Fairy Tail, pernah dengar kata-kata itu? Atau mungkin Superman, Batman, X-Men? Atau Donnald Duck, Mickey Mouse, Tintin? Bagaimana dengan Gundala Putra Petir? Banyak orang yang sering mendengar nama-nama itu. Yup, itu adalah judul komik yang mungkin menjadi kegemaran banyak orang. Membaca komik adalah salah satu hobi yang mungkin dimiliki hampir sebagian besar manusia. Mulai dari komik superhero, komik kartun, hingga ke manga atau manhwa. Pembacanya mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, laki-laki maupun perempuan. Range yang luas seperti ini membuat banyak produsen komik membuat komik dengan genre yang beragam dan juga sangat luas.

Dan sekarang, dengan jaman teknologi internet yang sudah sangat mendukung, sangat mudah jika seseorang ingin mengakses komik (baca: manga/manhwa) sebagai bahan bacaan, termasuk anak-anak. Namun tahukah orang tua bahwa tidak semua komik layak dikonsumsi oleh anak-anak? Banyak sekali komik yang isinya sangat tidak patut dilihat, apalagi dibaca oleh anak-anak. Seperti tidak semua kartun sesuai untuk anak-anak, komik pun demikian. Apalagi mungkin banyak istilah yang orang tua tidak mengerti apa maksudnya, apalagi jika itu menyangkut manga atau manhwa.

Mungkin jika rating yang selama ini ada, seperti G (General), PG (Parental Guidance), atau adult, mature, masih banyak dipahami oleh orang tua. Namun jika istilah yng kemudian muncul adalah yaoi, hentai, yuri, ecchi, smut, seperti ini, apakah orang tua memahaminya? Ini yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang tua, setidaknya jika anak-anaknya adalah penggemar manga. Dan kacaunya lagi, banyak manga dengan genre yang tidak pantas untuk anak-anak tergabung menjadi satu dengan manga yang mungkin biasa dibaca anak-anak, dan kadang judul-judulnya bisa menjebak, terutama untuk manga yang extended version alias versi tambahan. Extended version ini bisa saja dari manga yang biasa dibaca anak-anak, dengan bumbu tambahan yang membuat rating dari manga ini bukan lagi PG tapi sudah adult.

Aku sendiri penggemar manga, yang aku ikuti sampai sekarang adalah Fairy Tail, dan manga itu pun tidak cocok untuk dibaca oleh anak-anak karena gambar grafiknya yang ecchi alias sensual. Anak-anakku sendiri untungnya belum bisa baca dan kalupun sudah bisa, pasti belum akan aku perbolehkan baca manga tersebut karena gambarnya yang memang mengumbar keseksian tubuh seseorang (perempuan terutama, karena kalau cowok kurang ‘menyengat’). Lalu apa maksud dari istilah-istilah tadi? Hmm… sekedar sharing aja, aku akan coba menjelaskan apa maksud dari istilah-istilah tadi yang aku rangkum dari berbagai sumber…

1. Ecchi. Diambil dari bahasa Jepang yang kurang lebih maknanya adalah sesuatu yang mengandung unsur pornografi yang ringan, seperti rok tersingkap, buka baju, hingga telanjang, tapi cuma sebatas itu saja, tidak ada konten adegan seksual atau kekerasan seksual. Ecchi dapat juga diartikan sebagai hal yang membuat seseorang terangsang untuk melakukan hubungan seksual.

2. Hentai. Dalam manga/anime yang genrenya hentai, di dalamnya terdapat adegan seksual yang digambarkan secara eksplisit yang dilakukan oleh pria dan wanita.

3. Yaoi. Atau dikenal dengan Boys’ Love, yang berarti bahwa focus dari genre ini adalah hubungan antara pria dan pria. Yang menarik dari yaoi atau Boys’ Love ini adalah bahwa biasanya yaoi dibuat oleh perempuan dan ditujukan untuk perempuan. Yaoi bisa dibilang adalah cara seorang perempuan untuk mengungkapkan kebebasan berekspresi secara seksual. Isi yaoi beragam mulai dari situasi romantis dengan materi dewasa yang sedang hingga subgenre yang mengandung fetishisme, meliputi anthropomorphisme, cosplay, seks tidak konsensual atau "non-con", monster, incest, orgies, shotacon, dan ilustrasi-ilustrasi tabu lain yang beragam mengenai homoseksualitas.

4. Yuri. Bisa dibilang adalah kebalikan dari Yaoi, hanya saja isi yuri mungkin tidak seekstrim yaoi yang banyak lebih mengeksplor unsur seksualitasnya. Yuri juga mengungkapkan hubungan antara perempuan dan perempuan dari segi spiritual, emosional, walau tetap tidak menutup kemungkinan dari segi seksual.

5. Smut. Smut adalah komik dewasa yang berasal dari Inggris yang muncul pada tahun 1980an. Smut adalah ungkapan, biasanya banyak digunakan di Inggris, untuk merujuk pada media yang mengandung unsur seksual di dalamnya.

Kenapa aku tau banyak mengenai hal ini? Karena aku penasaran… Dan berhubung aku sudah dewasa (secara aku adala seorang ibu dengan 2 anak), aku pun mencari tau. Dan akhirnya taulah aku… Aku sendiri pernah membaca beberapa komik yang bergenre tersebut di atas, mostly because of curiosity. Mulai dari yang isinya ringan, hingga yang hardcore.

Permasalahannya adalah, bagaimana jika anak-anak di bawah umur yang kemudian menjadi penasaran? Apa yang akan terjadi jika mereka membuka sebuah komik/manga yang ternyata isinya adalah sebuah komik/manga yang hampir sama dengan AV (Adult Video)? Dan seperti yang sudah aku ungkap di atas, komik/manga seperti ini tersebar di banyak laman yang menyediakan scanlation untuk komik/manga yang biasa dibaca anak-anak.

Aku menulis artikel ini bukan berharap agar menkominfo menutup akses untuk laman scanlation, karena aku sendiri pasti akan pusing… Aku hanya ingin para orang tua tahu dan paham bahwa tidak semua kartun dan komik itu pantas dikonsumsi oleh anak-anak.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang sudah aku rangkum dengan singkat di sini, bisa dilihat di Wikipedia.

Terima Kasih ^^

Dee si tukang komentar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun