Mohon tunggu...
Qoniatul Izza
Qoniatul Izza Mohon Tunggu... Lainnya - Mari menulis.

Sedang belajar dan akan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Desa Apa Ini?

2 Maret 2021   20:53 Diperbarui: 2 Maret 2021   21:24 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"La, kok nggak sampai-sampai ya?" tanyaku lirih.

"Tapi jalannya bener kan?"

"Iya, La. Dari tadi masih lurus-lurus aja kok. Nggak belok" bela ku.

"Yasudah. Paling sebentar lagi sampai." Ucapnya menenangkan.

Nila yang tadinya pelan langsung mempercepat lajunya.ketika jalanan mulai memasuki daerah persawahan yang cukup panjang. Sepi. Dan hanya ada kami berdua sejauh perjalanan.

Aku yang awalnya cemas mulai tak ambil pusing. Jokes lucu dan sambung lagu mulai mendominasi perjalanan kami sampai akhirnya kami tiba di pertigaan. Aku masih ingat jalanan itu. Terdapat tiga gapura besar layaknya gapura penanda masuk pedesaan. Karena tak juga sampai di tempat tujuan, kami memutuskan memasuki gapura tersebut berharap ada seseorang yang bisa di mintai tunjukan arahnya.

Pelan namun pasti, Nila melajukan motornya sedangkan aku sibuk mengamati satu persatu rumah warga berharap ada salah satu warga yang bisa kami jadikan tempat untuk bertanya tentang alamat.

Sudah cukup jauh kami memasuki desa tersebut. Sudah cukup banyak pula rumah yang kami lewati. Pintu-pintu rumah juga terbuka lebar. Bahkan ada banyak lampu-lampu kecil berwarna merah dan kuning yang sepertinya sengaja di letakkan di pohon kecil depan rumah sebagai hiasan cantik di malam hari. Dari banyaknya pintu rumah yang terbuka, kemana semua orang di desa ini?

"La, kok sepi ya?" tanyaku pelan. Pelan sekali.

Nila menegang. Ia kembali melajukan motornya lurus berharap bisa menemukan satu atau dua orang penghuni desa ini.

Tak satupun rumah yang luput dari pandanganku namun konsentrasiku terpecah tatkala Nila mengerem motornya secara mendadak. Kepalaku menubruk punggungnya cukup keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun