Beberapa tahun lalu, saya membeli sepeda listrik pertama untuk istri. Saat itu, tahun 2012, kendaraan listrik masih terasa asing, bahkan terkesan aneh bagi sebagian orang. Tapi bagi kami, itu adalah pilihan yang masuk akal---hemat, praktis, dan cukup untuk keperluan harian. Tahun lalu, saya membeli lagi satu unit untuk mobilitas saya sendiri. Saya ingin menggantikan motor agar lebih hemat dan sekaligus mencoba berkontribusi kecil terhadap lingkungan.
Tinggal di Purwokerto yang tidak terlalu luas membuat pengalaman menggunakan sepeda listrik menjadi sangat nyaman. Dari rumah ke kantor bisa saya tempuh dengan tenang, tanpa bising, tanpa polusi. Bahkan bergerak dari ujung ke ujung kota terasa ringan. Di kantor, saya mulai memperhatikan tamu-tamu yang datang dengan motor dan mobil listrik. Kami saling menyapa, kadang berbagi cerita dan pengalaman soal pengisian daya, cara merawat baterai, atau sekadar saling mengangguk sebagai sesama pengguna EV. Ada keasyikan tersendiri dalam komunitas yang pelan-pelan tumbuh ini.
Namun, di tengah geliat ini, saya juga menyadari satu hal yang cukup mengganggu: tidak semua orang bisa menikmati manfaat EV dengan mudah. Salah satu kendala paling dasar adalah daya listrik rumah tangga.
Realitas Daya Listrik Masyarakat
Sebagian besar rumah tangga di Indonesia, terutama di daerah padat penduduk atau kawasan urban informal, hanya memiliki daya listrik 450--900 VA. Ini jauh dari cukup untuk mengisi daya mobil listrik yang umumnya membutuhkan minimal 2.200 VA. Bahkan untuk motor listrik, pengisian yang simultan dengan pemakaian listrik rumah tangga bisa membuat MCB rumah turun.
Jika kita sungguh ingin kendaraan listrik menjadi solusi inklusif dan adil bagi semua lapisan masyarakat, bukankah sudah saatnya kita bertanya: bagaimana agar teknologi ini bisa hadir di tengah-tengah mereka yang dayanya saja masih terbatas? Maka inovasi home charger untuk daya rendah adalah keharusan, bukan pilihan.
Solusi Teknologis yang Diperlukan
Beberapa inovasi yang mendesak untuk dikembangkan dan diperluas antara lain:
Smart slow-charging: Charger cerdas yang menyesuaikan arus masuk berdasarkan sisa kapasitas daya rumah, dan bisa bekerja saat malam hari ketika konsumsi listrik menurun.
- Baca juga: Eco Warrior, Paling Cocok untuk Gen Z
Mode pengisian terjadwal: Fitur yang memungkinkan pengguna menjadwalkan pengisian saat beban rumah tangga rendah (misalnya setelah pukul 22.00).
- Baca juga: Memaknai Kemanusiaan di Era Chatbot
Charger komunitas atau kolektif: Satu unit charger berdaya besar di lingkungan padat yang bisa digunakan bersama-sama secara bergiliran.
Sistem tukar baterai (swap battery): Untuk motor listrik, sistem ini sudah mulai tersedia dan bisa menjadi solusi tanpa perlu pengisian di rumah.
Mengapa Ini Penting?
Tanpa inovasi pada sistem pengisian daya rendah, maka:
EV akan tetap jadi barang mahal dan hanya dinikmati kelas menengah ke atas.
Potensi penghematan energi dan pengurangan emisi dari sektor transportasi tidak akan maksimal.
Kesenjangan akses transportasi ramah lingkungan justru bisa makin melebar.
Peran Pemerintah dan Industri
Pemerintah perlu memberikan insentif riset dan pengembangan---seperti misalnya pemerintah bekerja sama dengan universitas dan startup lokal untuk mengembangkan prototipe charger rumah tangga yang hemat energi dan kompatibel dengan daya 450-900 VA. Pendekatan kolaboratif antara pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku industri diharapkan mampu menghasilkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Selain itu, perusahaan EV juga dapat bermitra dengan PLN atau koperasi lokal untuk menyediakan solusi charging berbasis komunitas. Regulasi yang mempermudah proses peningkatan daya listrik rumah atau pembiayaan infrastruktur charger sederhana juga sangat dibutuhkan.
Refleksi
Saya percaya, kendaraan listrik bukan sekadar teknologi. Ia adalah simbol harapan akan masa depan transportasi yang bersih, hemat, dan inklusif. Tapi harapan itu tidak akan menjadi nyata jika kita tidak mengatasi hambatan dasar yang dihadapi sebagian besar masyarakat kita. Inovasi home charger yang cerdas, fleksibel, dan terjangkau akan menjadi jembatan penting menuju masa depan tersebut.
Kadang, saya membayangkan: bagaimana jika suatu hari seluruh gang di kota saya dipenuhi motor dan sepeda listrik yang nyaris senyap? Mungkin itulah saat kita bisa berkata bahwa transisi energi bukan hanya milik segelintir orang, tapi telah benar-benar hadir di tengah kehidupan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI