Mohon tunggu...
Qois AlHaqqi
Qois AlHaqqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Teknik Sipil yang sedang berusaha memaknai setiap arti kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bakat atau Tekad?

12 Mei 2023   16:41 Diperbarui: 12 Mei 2023   16:44 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Angela, seorang yang masa kecilnya di-cap oleh orang tuanya sebagai anak yang tidak Cerdas jika disbanding ayahnya dan kakak perempuannya namun meraih penghargaan MacArthur 'Genius" Fellow. Penghargaan yang ditujukan kepada mereka yang dianggap jenius. Pada momen lain dibuktikan dengan adanya lomba Spelling Bee, kemudian tes pada calon kadet di tantara amerika, para pemilik perusahaan dan sebagainya yang dijadika acuan dan bahan penelitiannya.

Dari latar belakang semacam itu ada hal yang menarik yang ditelusuri dalam buku mengenai bakat dan usaha. Dimana orang yang kadang memiliki dan merasa memiliki bakat di atas rata-rata orang pada umumnnya justu kalah dengan orang yang biasa-biasa saja. Karena cukup massif, apresiasi sering diutarakan kepada orang berbakat daripada orang yang belajar dan akhirnya memiliki passion disana dan sering dianggap hasil produk dari seorang berbakat akan jauh lebih luar biasa, dan akhirnya sering disandingkan bakat dengan kunci kesuksesan.

Pengarang menyatakan bahwa passion tidak sejalan dengan seberapa intense kita terhadap komitmen suatu tujuan, tapi konsistensi berbasis waktu. Yang mana Menjadi penekanan adalah self-improvement inilah yang menyebabkan grit kita semakin tumbuh.

Namun yang sering dipertanyakan, bagaimana cara mempertahankan diri kita agar tetap stay pada self-improvement yang konsisten seiring waktu?

Kombinasi mimpi dan daily goals

Why? Karena kita butuh usaha jangka Panjang. Dan dengan adanya daily goals sebagai bentuk pondasi kecil yang terus menerus dibangun untuk jembatan pada mimpi besar kita. Dengan kita mengetahui ingin menjadi apa, siapa, maka dengan kita mengetahui betul apa yang kurang dari diri kita, gap apa yang muncul menjadikan kita masih belum bisa mencapai mimpi itu perlu dibangun pada puzzle kecil-kecil di keseharian kita. Sehingga, proses sekecil apapun mengantarkan pada mimpi yang kita tuju.

Jadi temen-temen, bukan soal bakat siapa saja yang punya, tapi seberapa jauh konsisten kita terhadap mencicil mimpi seiring waktu. Jadi setiap dari kita berhak memiliki mimpi, faktor luar adalah bonus dan mungkin musibah untuk kita, namun keputusan tetap pada diri kita mau mengambil dan memulai atau berhenti dan tetap berfikir terpaku pada keadaan.

Be Grit!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun