Mohon tunggu...
Qnanti Putri
Qnanti Putri Mohon Tunggu... Hello

Penulis amatir ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Musim Panas

15 Agustus 2021   13:31 Diperbarui: 15 Agustus 2021   13:59 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Summer rain with friends

Pada pertengahan bulan Mei, langit tampak biru dan hanya ada sedikit awan. Kaca-kaca gedung dan kendaraan memantulkan sinar matahari yang menyorot langsung tanpa ada penghalang sedikit pun. Waktu menunjukkan pukul 2 siang, tepat saatnya untukku berganti sift kerja. Berbeda dengan udara di dalam toko yang sejuk ber-AC, udara di luar terasa panas, kakiku yang baru berjalan 10 langkah dari depan pintu toko pun sudah membuatku berkeringat.

Diseberang jalan terlihat sebuah kedai kecil yang cukup ramai, pada daftar menunya tertulis beberapa minuman dingin. Aku dan rasa dahagaku memutuskan untuk sejenak pergi ke kedai itu untuk berteduh dan menghilangkan panas yang seakan bergulung di dalam tubuhku.

Sebuah meja kosong di sudut ruangan adalah satu-satunya tempatku untuk duduk. Pas sekali, sambil menikmati semangkuk es campur aku bisa menikmati pemandangan hilir mudik kendaraan di pelataran kota Bandung dari balik jendela. Tak lama beberapa anak SMA masuk ruangan kedai dan memesan beberapa minuman. Melihat mereka yang berjumlah 7 orang, tiba-tiba aku teringat akan hari-hari lalu saat aku masih duduk di bangku SMA. Gambarannya sama seperti mereka. Ke 7 orang itu adalah Aku, Tisa, Reni, Dita, Mila, Mifa dan Rumi. 

Selepas pulang sekolah aku dan teman-temanku dulu selalu pergi ke sebuah warung kecil yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari gerbang sekolah. Melewati jalanan komplek yang sepi, suara tawa kami menggema di sepanjang jalan. Pernah suatu hari, saat itu hujan di musim panas, aku dan teman-teman ku berlarian dan tertawa sangat keras di jalanan komplek yang sepi, mungkin orang-orang didalam rumah sedang tertidur sedang suara tawa kami jelas lebih keras dari suara hujan, sampai-sampai seorang kakek di salah satu rumah memarahi kami. Haha kami memang anak-anak nakal. 

Sesampainya di warung kecil kami basah kuyup, karena kedinginan aku dan teman-teman ku membeli jajanan hangat yang tersedia di sana. Kami membeli mulai dari minuman seduh kemasan hingga berbagai macam gorengan yang pas disantap saat perut kami terasa lapar di waktu pulang sekolah. Kami duduk satu meja, sama persis seperti anak-anak SMA di depanku, saling mencicipi jajanan dan bercerita tentang banyak hal. Sungguh kenangan tidak akan pernah terlupakan. 

Berbeda dengan saat ini, setelah 2-3 tahun lulus, aku dan teman-temanku sudah mulai jarang memberi kabar. Beberapa dari mereka sekarang terlihat asik dengan teman-teman barunya, terlihat sibuk dengan kegiatan-kegiatan kampus mereka. Rasanya hanya tersisa aku seorang yang tidak memiliki teman sedekat itu lagi di tempat kerja ku. Tapi sudahlah, dalam dinamika kehidupan tidak ada suatu hal yang bisa tetap seperti sedia kala.

Tak terasa, sambil melamun mengingat masa lalu, es campur ku sudah habis aku makan. Saat akan beranjak dari tempat duduk, terdengar suara gemuruh. Langit yang tadi terlihat cerah dan udara yang terasa panas. Kini mulai mendung, udara pun terasa lebih sejuk.

Hujan turun berawal dari rintikkan kecil, perlahan mulai membesar. Dari dalam ruangan aku bisa mencium bau tanah kering yang basah terkena air. Lampu-lampu kedai mulai menyala, karena cahaya matahari yang semula menjadi penerang alami kini sudah redup tertutup awan hujan. Sepertinya aku akan diam lebih lama di dalam kedai ini menunggu hingga hujan sedikit mereda.

Setengah jam berlalu, hujan belum juga reda. Aku masih duduk di sudut ruangan kedai. Anak-anak SMA itu baru saja selesai menyantap pesanan mereka. Beberapa bangku kosong kembali, kini hanya tersisa aku dan dua orang pasangan di dalam kedai. Tak berselang lama sekelompok muda-mudi yang terlihat sebaya denganku masuk dengan pakaian mereka yang basah kuyup.

"Aduh jadi inget waktu SMA gue hujan-hujanan kayak gini hahaha", suara salah seorang perempuan diantara mereka terdengar tidak asing di telingaku. Aku perhatikan mereka yang belum juga duduk dan masih sedang mencoba mengeringkan pakaian mereka. Perempuan dengan suara yang familiar itu berbalik badan, tak kusangka ternyata dia adalah Dita, teman SMA ku dulu. Dia tidak melihat ke arah ku, dan hanya terlihat asik berbincang dengan teman-temannya. Akupun ragu ingin menyapa dia karena rasanya kini kami sudah seperti orang asing.  Selain itu rasanya malu sekali karena dia sedang bersama teman-teman nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun