Mohon tunggu...
Jonathan Latu
Jonathan Latu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Banser NU

menulis supaya membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bamsoet Lebih "Gaul", tapi Tidak Dipilih Milenial

29 Agustus 2019   09:13 Diperbarui: 29 Agustus 2019   09:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelaran Politik yang sangat menarik setelah Pilpres, Pileg ataupun Pilgub tentu saja konferensi partai besar saat memilih calon Ketua Umumnya. Setelah PDIP dan PKB yang paling menarik adalah Partai Golkar, kenapa demikian? Beberapa kajian paska reformasi yang cukup menarik adalah, Golkar jauh lebih mapan dari sisi pengkaderan dan kesiapan akan politik. Buktinya adalah, partai besar dan baru yang sekarang cukup signifikan adalah "anak" Golkar.

Gerindra dan Nasdem adalah "anak" Golkar yang cukup kuat, sedangkan elit yang sekarang memegang tampuk politik dan pemerintahan juga dari Golkar asalnya.

www.tagar.id
www.tagar.id
Saat ini ramai jelang pemilihan Ketua Umum Golkar dimana mengkerucut pada 2 kandidat, yaitu Airlangga Hartarto sebagai incumbent melawan Bambang Soesetyo atau akrab dipanggil Bamsoet yang saat ini adalah Ketua DPR RI. Beberapa hari lalu ada kajian menarik yang dilakukan, bertajuk " "Menimbang Calon Ketum Golkar" di Slipi pada 27 Agustus 2019. 

Karyono Wibowo direktur Indonesian Public Institute memaparkan bahwa Bamsoet ini menonjol pada sifatnya yang egaliter sedangkan Airlangga menonjol sifatnya yang berwibawa. Pada saat yang hampir bersamaan, muncul juga dukungan dari Kader Muda Golkar yang klaim bahwa kaum millennial mendukung Airlangga Hartarto (baca: disini)

Adalah menarik ketika dasar pemikiran kaum muda lebih memilih yang tidak "egaliter" seperti Bamsoet, dan mendeklarasikan memilih Airlangga Hartarto. Ternyata Airlangga lebih dipilih karena memberikan kesempatan pada yang muda untuk maju berkarya, sedangkan Bamsoet memang egaliter dan gaul untuk anak sekarang, tapi dia tidak mengaspirasikan anak muda Golkar untuk berkarya. Hal itu yang menyebabkan tokoh muda Golkar lebih ke Airlangga.

Diluar urusan internal tersebut, Bamsoet juga pada dasarnya hanya "gaul" penampilan dan gayanya berkomunikasi saja, tapi isinya ya tetap saja tua alias tidak mewakili jiwa muda. Beberapa fakta yang bisa kita catat adalah tentang hidupnya yang glamour, mobil mewah yang selalu dipamerkan dimana pernah jadi kontroversi juga di medsos (baca: harta dan wanita Bamsoet). 

Selain gaya hidup glamour, Bamsoet juga istrinya lebih dari satu atau poligami dimana hal ini adalah isu sangat tidak millennial alias bakal jadi perdebatan panjang di scene millennial. 

Jadi millennial tidak merasa terwakili oleh 2 hal yang melekat pada Bamsoet tersebut, karena egaliter saja tidak cukup jadi jaminan. tapi tentang sebuah kesempatan yang diberikan pada Kader Muda Golkar, disini Airlangga lebih unggul di kepemimpinannya sehingga didukung mayotitas kader muda.

Kemudian, beberapa hari lalu Bamsoet melontarkan gagasan soal pemilihan Presiden kembali pada zaman mandataris MPR alias Pemilihan Presiden tidak langsung. Hal ini adalah sebuah kemunduran berfikir, dan hal tersebut juga banyak ditolak lapisan masyarakat. bahkan Jokowi sendiri juga tidak setuju dengan gagasan tersebut. 

Baca: Jokowi Tak Setuju Wacana Presiden Dipilih MPR

Jadi sikap dan pandangan "egaliter" pada Bamsoet ini memang tak terbantahkan, sikap dan pembawaan tampak luar memang sangat oke dan kekinian sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun