Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - random

putriwulandari22022000@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sawang Sinawang, Cara Mengatasi Insecure a la Orang Jawa

23 November 2022   18:00 Diperbarui: 27 November 2022   09:11 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sawang sinawang (sumber: pixabay.com/edward)

Saya selalu kurang puas dengan apa yang saya miliki. Saya juga merasa tidak percaya diri dan selalu mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Bahkan, saya membatasi interaksi sosial dengan banyak orang.

Karena sudah merasa sangat berat dan mulai toxic, saya memutuskan untuk curhat ke ibu tentang apa yang saya alami. Dan jawabannya adalah 'Sawang Sinawang'

Apa itu filosofi 'Sawang Sinawang'?

Jika ditilik lagi, Sawang Sinawang adalah salah satu konsep atau filosofi hidup orang Jawa yang lumayan terkenal. 

Sebagaimana dilansir dari Kumparan.com, Sawang Sinawang adalah nasehat agar kita tidak terlalu sibuk melihat kehidupan orang lain dan mengabaikan keberuntungan di dalam hidup diri sendiri.

Menurut mojok.co, sawang sinawang tidak mengajarkan tentang melihat dan dilihat saja, tetapi mencoba melihat jauh tentang apa yang ada di balik itu. 

Kita pasti pernah melihat video di balik kesuksesan seseorang. Bagaimana orang tersebut berjuang untuk kesuksesan yang ia raih saat ini. Biasanya disertai dengan berbagai macam foto jadul dan tahun yang terpaut jauh yang kemudian disertai dengan narasi perjuangan. 

Bagaimana pengorbanan mereka, risiko yang mereka ambil, dan kegigihan dalam berusaha. Yang kita tahu mungkin hanya secuil fakta saat mereka sudah sukses, tetapi tidak dengan perjuangannya.

"Urip iku sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang"

Saat ada teman saya di kampus lain sudah wisuda, saya iri tentu saja. Saya kemudian mulai mempertanyakan usaha saya selama ini. Padahal, saya tidak tahu bagaimana perjuangan dia untuk menyelesaikan skripsi hingga wisuda. 

Bolak-balik revisi, brainstorming, dan lain-lain. Tahapan ini tidak sepenuhnya tercermin lewat postingan di sosial media. Apa yang mungkin hanya yang baik-baik saja. Pasti ada sisi buruk yang dialami orang-orang yang tidak bisa dijelaskan dengan gamblang.

Saat ditilik lagi, jenis pendidikan yang ditempuh teman saya juga berbeda. Jurusan juga berbeda. Tipe pembelajaran juga berbeda. Jenis penelitian untuk skripsi pun berbeda. Dari sini  juga bisa dilihat titik awal atau starting point yang berbeda juga berpengaruh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun